Thursday, December 6, 2018
Wednesday, December 5, 2018
Tepuk Senyum
TEPUK SENYUM PROK PROK PROK (***)
SEDEKAH *** PALING MURAH *** ADALAH *** SENYUMM (TING)
SEDEKAH *** PALING MURAH *** ADALAH *** SENYUMM (TING)
Labels:
anak usia dini,
guru,
ice breaking,
lagu,
murid,
paud,
sekolah dasar,
te[uk pramuka,
tepuk anak,
tk
Sunday, December 2, 2018
ARTIKEL PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI
MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN BAGI ANAK USIA DINI
Yuvi Erfiana Taznidaturrohmah
yuvierfiana19@gmail.com
ABSTRAK
Perkembangan bahasa yang dimiliki oleh anak usia dini tentu berbeda-beda sesuai kemampuan masing-masing anak, akan tetapi bagaimana cara orang dewasa disekelilingnya memberikan berbagai stimulus yang sangat menraik anak untuk lebih ingin belajar dalam membaca dan menulis permulaan. Pada dasarnya, anak usia dini adalah masa bermain dan dapat diusahakan untuk diselipkan berbagai macam cara belajar akan tetapi yang menyenangkan. Membaca dan menulis permulaan pada anak usia dini bisa dilakukan dengan berbagai cara dasar karena membaca dan menulis akan sangat berguna untuk mendapatkan banyak pengetehuan-pengetahuan selama anak dalam tahap-tahap perkembangannya.
Kata Kunci: Membaca dan menulis permulaan
Membaca adalah bekal awal untuk mendapatkan banyak pengetahuan-pengetahuan yang ada selama berada dalam kehidupan pembelajaran dan dasar utama dalam segala aspek kemampuan yang dibutuhkan. Begitu halnya dengan menulis, menulis permulaan juga membutuhkan kolaborasi awal dengan mudahnya anak dalam membaca karena antara membaca dan menulis saling beketerkaitan. Menulis permulaan dapat dirangsang dengan memberikan pengetahuan awal dalam cara menulis dan lain sebagainya. Membaca dan menulis permulaan dapat dilakukan dengan berbagai strategi yang dapat menstimulus pada belajar membaca dan menulis permulaan untuk lebih mudah dipahami dan dilakukan. maka dari itu, kemampuan dalam membaca dan menulis permulaan di harapkan dapat mulai diterapkan di pendidikan anak usia dini dan dapat semaksimal mungkin memulai dengan kreatifitas yang dikembangkan untuk mempermudah anak dalam memahami membaca dan menulis permulaan.
Membaca Dan Menulis Permulaan Anak Usia Dini
Berbahasa untuk anak dimulai sejak sebelum lahir dan masih dalam kandungan, saat orang tua mengajak berbicara anak dalam kandungan dan saat lahir anak mulai mengisyaratkan dengan menangis, gerakan-gerakan tubuh, mengisyaratkan dengan ekspresi pada wajah dan sampai akhirnya mulai memahami berbagai ejaan huruf hingga bisa lancar berbicara.
Anak mampu menuangkan segala sesuatu yang diinginkan melalui kemampuan berbahasa secara lisan maupun tulisan. Pada buku Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak yang ditulis oleh Dra. Lilis Madyawati, M. Si pada cetakan ke 2, Januari 2017 dijelaskan tentang multiple intelligences menurut Michalopoulou & Grantza (2014) bahwa ada beberapa jenis multiple intelligences salah satunya yaitu kecerdasan linguistik. Dalam penjelasan tersebut, kecerdasan linguistik ini memiliki empat keterampilan diantaranya menyimak, membaca, menulis, dan berbicara.
Menurut Luthfiyah Nurlaela menuliskan Allen dan Vallete (1977) mengemukakan bahwa membaca adalah sebuah proses yang berkembang (a developmental process). Pada kemampuan anak dalam permulaan membaca seharusnya tidak menggunakan tulisan-tulisan yang membosankan akan tetapi di selingi dengan berbagai model warna yang menarik ataupun gambar-gambar anak yang membuat minat membaca menambah.
Tahap-Tahap Perkembangan Membaca Dan Menulis Anak Usia Dini
ada beberapa tahapan- tahapan perkembangan dalam membaca dan menulis bagi anak usia dini. Menurut Cochrane Efal (dalam Nurbiana Dhieni, 2005 :5.9) dalam tulisan Sri Wahyuti , perkembangan dasar kemampuan membaca pada anak usia 4-6 tahun berlangsung dalam lima tahap yakni:
Tahap Fantasi (Magical Stage)
Tahap Pembentukan Konsep Diri (Self Concept Stage)
Tahap Membaca Gambar (Briding Reading Stage)
Tahap Pengenalan Bacaan (Take-off Reader Stage)
Tahap Membaca Lancar (Independent Reader Stage)
Dalam berbagai tahapan-tahapan membaca yang telah dikemukakan memberikan suatu pengertian penting bahwa pada masa anak-anak masih seharusnya dalam kegiatan bermain, akan tetapi cara untuk mengenalkan anak dalam membaca dan menulis bisa menggunakan gambar-gambar yang sangat menarik ataupun menggunakan tulisan-tulisan yang bervariasi warnanya.
Dalam tulisan Nur Fadhilah, M. Psi ada beberapa tahapan-tahapan kemampuan menulis anak bisa menggunakan coretan, menggambar, membentuk gambar, membuat ejaan dan semua pada usia tertentu dalam tahap perkembangan anak. Anak usia dini dapat melakukan berbagai hal dalam mengembangkan kemampuan bahasa melalui membaca dan menulis dan diselingi dengan kegiatan-kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak itu sendiri di damping oleh orangtua ataupun pendidik.
KESIMPULAN
Perkembangan dalam berbahasa anak dapat dimulai dari berbagai cara yang dapat membuat anak tertarik minat nya utamanya dalam membaca dan menulis permulaan. Pada berbahasa untuk anak dimulai sejak sebelum lahir dan masih dalam kandungan, saat orang tua mengajak berbicara anak dalam kandungan dan saat lahir anak mulai mengisyaratkan dengan menangis, gerakan-gerakan tubuh, mengisyaratkan dengan ekspresi pada wajah dan sampai akhirnya mulai memahami berbagai ejaan huruf hingga bisa lancar berbicara.
Ada berbagai tahapan-tahapan dimulai untuk membaca dan menulis permulaan bagi anak usia dini dengan menggunakan berbagai kreativitas orantua atau pendidik ataupun orang disekelilingnya untuk memberikan stimulus awal dalam mengembangakan kemampuan anak dalam membaca maupun menulis permulaan.
Daftar Pustaka
http://www.luthfiyah.com/2013/04/tentang-kemampuan-membaca.html (Jumat, April 05, 2013)
https://yudhistira31.wordpress.com/2008/12/22/tahap-perkembangan-kemampuan-membaca-pada-anak/
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpa/article/view/3042
http://anggunpaud.kemdikbud.go.id/index.php/berita/index/20161221085841/PERKEMBANGAN-MENULIS-PADA-ANAK-USIA-DINI
Madyawati Lilis, 2017, STRATEGI PENGEMBANGAN BAHASA PADA ANAK, KENCANA: Jakarta
https://www.kompasiana.com/wahyuti/550bb8378133112c24b1e19d/tahap-tahap-kemampuan-membaca-pada-anak-usia-dini (26Juni2015)
ARTIKEL PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI
Belajar Menulis dan Membaca Permulaan Dengan Menggunakan Media Say It
Write It Read It
Ridha Yanuartiningrum
Universitas Negeri Malang
Abstact: Reading and writing is one of the
lessons for people who take action early in the morning, especially if the
children are stepping on the b grade, because they will enter elementary
school. In elementary school you can read well and correctly and write neatly
in letters. So from that many children are now required to be able to read and
write in pre-school. So from that as a teacher must be able to guide students
to be able to write and read so that later if there is a primary school
children will not be like other lessons. In applying this time using SWR media,
this SWR media, from writing to reading it, is a medium that is easy to make,
whatever the advantages of the media can facilitate reading and writing of
children.
Keywords: Reading, writing, AUD, Media SRW,
Abstak :
Membaca dan menulis merupakan sebuah keharusan bagi anak usia dini di
zaman sekarang, apalagi jika anak itu menginjak kelas b, karena akan masuk
sekolah dasar. Di sekolah dasar anak sudah harus bisa membaca dengan baik dan
benar serta menulis dengan huruf yang rapi . Maka dari itu kebanyakan anak
sekarang dituntut untuk mampu membaca dan menulis pada masa pra sekolah. Maka
dari itu sebagai guru harus mampu membimbing siswanya agar mampu menulis dan
membaca agar nantinya jika memasuki sekolah dasar anak tidak akan tertinggal
seperti teman temannya yag lain. Pada penerapan kali ini menggunakan media SWR,
media SWR ini singkatan dari say it write it read it merupakan media yang mudah
dalam pembuatannya, apa sih kelebihan media tersebut sehingga bisa mempermudah
dalam kegiatan membaca dan menulis anak.
Kata Kunci :
Membaca, menulis, AUD, Media SRW,
Pendahuluan
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan
dimulai dari usia o sampai 6 tahun. Pada masa ini anak disebut sebagai golden
age atau masa keemasan, pada masa golden age ini anak diajarkan berbagai hal,
karena anak lebih gampang mengingat dan menangkap apa yang dijelaskan.
Pendidikan anak usia dini merupakan sebuah lembaga dimana anak mendapatkan sebuah pembelajaran, biasa anak
diajarkan membaca juga menulis permulaan
Membaca dan menulis merupakan sebuah keharusan
bagi anak usia dini di zaman sekarang, apalagi jika anak itu menginjak kelas b,
karena akan masuk sekolah dasar. Di sekolah dasar anak sudah harus bisa membaca
dengan baik dan benar serta menulis dengan huruf yang rapi . Maka dari itu
kebanyakan anak sekarang dituntut untuk mampu membaca dan menulis pada masa pra
sekolah. Maka dari itu sebagai guru harus mampu membimbing siswanya agar mampu
menulis dan membaca agar nantinya jika memasuki sekolah dasar anak tidak akan
tertinggal seperti teman temannya yag lain.
Anak
usia dini maupun usia taman kanak kanak sangat susah dalam hal menulis dan
membaca karena bagi mereka itu merupakan hal yang menjenuhkan. Maka dari itu
sebagai seorang guru harus mengolahnya kembali bagaimana caranya agar anak
tidak mudah bosan dan jenuhy dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Dengan
begitu guru membutuhkan sebuah media yang menarik, agar anak dapat
berkonsentrasi lebih lama dalam kegiatan menulis dan membaca tersebut.
Pembahasan
Kegiatann membaca sangat erat kaitannya dengan
kegiatan menulis, dengan adanya kegiatan ini kemapuan kreatifitas, dan
keterampilan anak dapat meningkat. Membaca merupakan sebuah media untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan melalui tulisan. Dalam kegiatan membaca
banyak symbol symbol tulisan yang harus anak ketahui. Di dalam diri anak kita
haurs menumbuhkan minat baca agar meningkatkan wawasan, membuka pengetahuan
serta meningkatkan keterampilan anak dalam mengelola kata ketika berbicara
Dalam pembelajaran membaca dan
menulis anak membutuhkan konsentrasi yang tinggi, agar konsentrasi tersebut
berjalan lama dan mudah, diperlukan media untuk menstimulasikannya. Pada
penerapan kali ini menggunakan media SWR, media SWR ini singkatan dari say it
write it read it merupakan media yang mudah dalam pembuatannya, apa sih
kelebihan media tersebut sehingga bisa mempermudah dalam kegiatan membaca dan
menulis anak? karena dengan media adanya media
tersebut anak akan belajar membaca permulaan melalui gambar yang telah
disediakan di atasnya. Apa sih yang membuat ini menarik untuk anak? Media ini
menarik untuk anak karena di dalamnya terdapat bebagai perpaduan warna dalam
menyusun huruf tersebut, selain itu gambar contoh yang disediakan unik dan
penuh warna juga. Selain memiliki kelebihan media ini juga memiliki banyak
kekurangan, salah satunya kurang kreasi dan hanya dapat digunakan satu kali
pemakaian saja.
Selain itu, Bagaimana sih media SWR itu? Media
SWR merupakan media yang didalamnya terdapat sebuah gambar, dalam media ini anak
akan diajarkan menghafal huruf dengan mengurutkan huruf yang telah diacak,
kemudian anak membaca kembali huruf yang telah dia susun menjadi kata urut, di
bawahnya anak dapat mudah. Pertama anak akan diajarkan mengenal gambar yang
telah ditunjukkan, kemudian menempel angka yang telah disediakan, setelah angka
tersebut tersusun rapi, anak disuruh membaca kembali kertas kata yang telah
ditempelkan anak tadi. Kemudia terakhir anak menulis huruf yang telah disusun
tadi pada kertas kosng yang ada di bawahnya. Bukankan itu hal yang mudah dan
menyenangkan bagi anak.
Kesimpulan
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan
dimulai dari usia o sampai 6 tahun. Pada masa ini anak disebut sebagai golden
age atau masa keemasan, pada masa golden age ini anak diajarkan berbagai hal,
karena anak lebih gampang mengingat dan menangkap apa yang dijelaskan.
Pendidikan anak usia dini merupakan sebuah lembaga dimana anak mendapatkan sebuah pembelajaran, biasa anak
diajarkan membaca juga menulis permulaan.
Dalam pembelajaran membaca dan menulis anak
membutuhkan konsentrasi yang tinggi, agar konsentrasi tersebut berjalan lama
dan mudah, diperlukan media untuk menstimulasikannya. Pada penerapan kali ini
menggunakan media SWR, media SWR ini singkatan dari say it write it read it
merupakan media yang mudah dalam pembuatannya, apa sih kelebihan media tersebut
sehingga bisa mempermudah dalam kegiatan membaca dan menulis anak? karena dengan
media adanya media tersebut anak akan
belajar membaca permulaan melalui gambar yang telah disediakan di atasnya.
Apa sih
yang membuat ini menarik untuk anak? Media ini menarik untuk anak karena di
dalamnya terdapat bebagai perpaduan warna dalam menyusun huruf tersebut, selain
itu gambar contoh yang disediakan unik dan penuh warna juga. Selain memiliki
kelebihan media ini juga memiliki banyak kekurangan, salah satunya kurang
kreasi dan hanya dapat digunakan satu kali pemakaian saja
Rujukan
Eli B. 2011. Peningkatan
kemampuan membaca permulaan anak Usia dini Melalui Metode Cerita gambar Seri.Surakarta.Univeritas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta , Naskah publikasi
Santoso H,
2008.Membangun minat baca anak usia dini melalui penyediaan buku bergambar.
Malang. Universitas Negeri Malang. Jurnal
Cristianti M. 2013. Membaca dan Menulis Permulaan
untuk Anak Usia dini. Yogyakarta. Universitass Negeri Yogyakarta. Jurnal
ARTIKEL PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI
MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PEMAHAMAN MEMBACA DAN MENULIS MELALUI KEGIATAN SEHARI HARI
Reski Wiji
Rahayu
Seketi Mojoagung
Jombang
UniversitasNegeri
Malang
ABSTRAK
Dalam
mengembangkan kemampuan membaca dan menulis pada anak, sering kali mereka
dituntut untuk menghafalkan abjad, kata, dan bisa meng-eja serta mengingat kata
dengan benar. Dalam memahami konsep membaca dan menulis bertujuan agar anak
dapat membangun suatu hubungan antara dua penyampaian dalam satu makna
berdasarkan apa yang mereka lihat. Selain itu, anak sering kali memilih apa
yang dia suka tanpa tahu dasar pemilihannya. Anak dapat mengingat kegiatan
sehari-hari mereka lakukan secara rutin tanpa harus menuliskan dilembaran
kertas. Pengembangan berbahasa terutama menulis dan membaca pada anak, orangtua
harus bisa mendampingi anak untuk mengenalkan konsep membaca dan menulis dalam
berbahasa. Orangtua diharapkan dapat memotivasi anak untuk senang dalam belajar
membaca dan menulis dalam penyampaian bahasa agar dapat mengurangi kesulitan
belajar anak yang akan dihadapi anak di masa yang akan datang. Ciri dari
kegiatan membaca dan menulis dalam berbahasa yaitu memiliki keterampilan
memilih bentuk-bentuk (bunyi/tulisan), huruf, kata, dan kalimat untuk
menyampaikan pendapat. Disini para orangtua dan pendidik dapat merangsang rasa
ingin tahu mereka dan berkemungkinan untuk memberikan sebuah kegiatan yang
mengandung unsur berbahasa anak agar mereka dapat berfikir dalam menulis dan
membaca dalam proses berbahasa tersebut secara efektif dan aktif dalam
penyampaiannya. Pendidik ataupun orangtua harus menjadi reaksi dalam proses
pembelajaran karena apabila mendapati suatu hal yang tidak sesuai dengan
rencana pembelajaran. Pada dasarnya anak telah mengembangankan konsep membaca
dan menulis dalam berbahasa yang bisa diperoleh dari kegiatan sehari hari
mereka. Misalnya ketika anak usia 3 tahun anak mulai memainkan imajinasinya
dengan cara menulis angka satu namun mengartikan bahwa itu dia sedang
menggambar pagar dan membacanya dengan sebutan huruf “ I ” dengan mengungkapkan bahasa lisan
mereka. Penerapan membaca dan menulis dapat dipadukan dalam berbagai kegiatan
pembelajaran yang telah direncanakan bertujuan agar pembelajaran tercapai
dengan baik. Dalam berbahasa dapat dipadukan dalam berbagai kegiatan yang telah
direncanakan untuk anak-anak atau peserta didik. Salah satunya adalah menulis
huruf tegak bersambung, menebali tulisan, dan menirukan apa yang telah diucapkan
kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan satu dengan yang kedua secara
sederhana yang terdapat membentuk banyak arti dan akan membuat anak lebih
memahami dan mengerti apa yang mereka lakukan. Kesimpulannya adalah kegiatan
membaca dan menulis dalam berbahasa pada anak usia dini harus menggunakan
pengetahuan sederhana yang dapat mereka jangkau seperti dari lingkungannya. Melalui pengalaman ini
anak-anak membangun pengetahuan mereka tentang baca tulis. Dimana
anak memahami tentang yang mereka pelajari sesuai dengan kenyataan yang ada,
sehingga pembelajara akan bermakna bagi anak.
Kata Kunci : Pengembangan Memcaca Menuulis, Berbahasa,
Kegiatan Sehari-Hari
PENDAHULUAN
Berbahasa
merupakan salah satu aspek dalam tahap perkembangan yang dikembangkan melalui pemikiran
dengan menggunakan kata-kata yang menandai meningkatkan kemampuan dan
kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan. Sedangkan bahasa adalah alat
untuk melakukan komunikasi yang digunakan untuk berfikir, mengekspresikan
perasaan. Pendidik membantu
dengan mendemonstrasikan membaca dan menulis, menyediakan bahan baca-tulis,
dengan membangun kesempatan untuk anak terlibat dalam kegiatan membaca dan
menulis. Cara anak belajar tentang bahasa tulis sangat
mirip dengan cara mereka belajar berbicara. Anak-anak terbenam dalam bahasa
tulis karena mereka pertama kali mengenal bahasa lisan. Mereka memiliki banyak
kesempatan untuk melihat membaca dan menulis terjadi untuk tujuan yang nyata
dan bereksperimen dengan bahasa tulis. Melalui pengalaman ini anak-anak membangun
pengetahuan mereka tentang baca tulis. Anak belajar dalam mengidentifikasi nama
huruf dan huruf besar dan huruf kecil. Mereka juga belajar bahwa kata disusun
dari huruf, kalimat disusun dari kata, huruf kapital disorot antara kata
pertama dalam klalimat dan jarak menandai kata dan antara kalimat (Clay, 1972,
1979).
Kemampuan berbahasa anak bertujuan
untuk supaya anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya.
Pengembangan berbahasa yang harus dipahami anak adalah mendengarkan, membaca,
menulis dan berbicara. Kegiatan kegiatan tersebut dapat dilakukan dalam
pengembangan kemampuan berbahasa yang dapat menstimulasi kemampuan
mendengarkan, berbicara, dan menulis mereka. Pemahaman anak tentang fungsi
membaca dan menulis mencerminkan bagaimana bahasa tulis digunakan dalam
komunitas mereka. Sedangkan membaca dan menulis merupakan bagian dari kehidupan
sehari-hari yang hampir setiap individu, keluarga, dan kelompok dalam menggunakan
bahasa tulis yang memiliki tujuan yang berbeda dalam masyarakat luas (Heath,
1983). Anak pra sekolah menyamatkan kata dan kata yang mewakili benda. Mereka
dikenalkan untuk membaca dan menulis pengalaman, anak mulai membedakan antara
benda dan kata, dan akhirnya mereka datang untuk menghargai bahwa kata itu memiliki
arti sendiri. Templeton (1980) menjelaskan dengan dua contoh ini :
Ketika ditanya apakah ‘anjing’ adalah sebuah
kata, anak berusia 4 tahun memperagakan yang dipikirkan mereka dengan
melompat-lompat di lantai, mulai menggongong galak, dan ditempatkan di rumah,
terengah-engah. Dibandingkan dengan pertanyaan yang sama, anak berusia 8 tahun
memberikan tanggapan bahwa benar ‘anjing’ adalah sebuah kata, dan melanjutkan untuk
menjelaskan bagaimana ejaan mewakili bunyi yang diucapkan dan bagaiman kata
‘berdiri’ untuk jenis hewan tertentu (p.454).
Pemahaman anak terhadap konsep ‘kata’ merupakan
bagian penting agar bisa membaca/melek huruf. Anak-anak hanya memiliki gagasan
yang kabur tentang bentuk bahasa, seperti kata, huruf, bunyi, kalimat, bahwa
guru menggunakan dalam berbicara tentang membaca dan menulis (Downing, 1970,
1971-1972). Peneliti menemukan bahwa anak-anak bergerak melalui beberapa
tingkat kesadaran dan pemahaman tentang terminology ini selama di tingkat dasar
(Downing & Oliver, 1973-1974). Dalam penjelasan diatas dapat diartikan
bahwa sering
muncul dalam kehidupan sehari-hari antara lain membaca bisa berupa tulisan
dalam bukus makanan, minuman dan dapat menulis apa yang telah ia lihat.
berbahasa juga dapat di artikan sebagai penyampaian pendapat, perasaan dsb.
PEMBAHASAN
Pengetahuan
mengenai membaca dan menulis dalam berbahasa merupakan bentuk dari penyampaian
dari huruf menjadi kata dan kata menjadi kalimat yang akan dibaca, dilihat dan
dituliskan. Membaca dan menulis merupakan cara anak untuk dapat mengetahui
berbagai macam informasi dalam bentuk pengucapan dan tulisan dan lainnya.
Memberikan kesempatan anak untuk mengutaran apa yang mereka dapatkan, mereka dengarkan,
mereka tuliskan, dan mereka bicarakan agar anak bisa mengerti tentang konsep tentang
berbahasa lebih banyak. Pada anak usia empat dan lima tahun, terutama pada usia
tiga tahun, mereka sangat mudah untuk membuat bahasa yang berhubungan dalam
kegiatan sehari-hari dan pengalaman mereka. Ada beberapa intelegasi yang
dimiliki oleh peserta didik, salah satunya adalah keterampilan inteligasi
berbahasa yaitu kemampuan dalam menyusun kata dan mengungkapkan kata yang
sangat mahir dibandingkan lainnya. Biasanya anak yang memiliki kecerdasan
intelegensi berbahasa maka saat dewasa akan sangat terlihat saat menyampaikan
pendapat dan pandai dalam bermain kata-kata. Seseorang mampu untuk berfikir
secara induktif dan dedukatif, berfikir sesuai logika, memahami dan
menganalisis apa yang mereka dapatkan dan peroleh dalam memecahkan masalah dengan
menggunakan kemampuan untuk berfikir dalam berbahasa. Anak yang memiliki
kecerdasan berbahasa tinggi akan memperlihatkan minat mereka terhadap kegiatan
eksplorasi menanya, menjawab dan sering kadang tidak suka dalam menulis. Dengan
kecerdasan ini mereka akan sering bertanya tentang berbagai kejadian yang telah
mereka lihat, setelah mereka menutut untuk penjelasan juga ingin mendengarkan
jawaban yang logis atas pertanyaan yang mereka ajukan. Selain aktif dalam
bertanya, anak dengan kecerdasan ini juga menyukai dengan mengklasifikasi benda
dan suka berhitung.
Dalam pembelajaran berbahasa melalui
membaca dan menulis sangatlah menyenangkan karena anak dapat menyampaikan
pendapat mereka tentang apa saja yang telah mereka lakukan dan peroleh. Untuk
anak usia dini dalam kegiatan membaca dan menulis mereka membutuhkan bimbingan
dari orang dewasa dalam penyusunan kata, kalimat dan pengucapan yang baik dan
benar serta mengajukan pertanyaan dengan memberikan stimulus yang dapat
meningkatkan minat anak untuk bertanya dan menjawab sesuai dengan pengalaman
yang mereka dapatkan. Mereka dapat mengumpulkan informasi yang mereka dapat
dari lingkungan sekitar dan dapat menyajikan apa yang mereka peroleh melalui
tulisan ataupun penyampaian langsung. Kegiatan
melalui pengumpulan data di sekitar anak, seperti mengelompokkan benda yang
sesuai bentuk, warna, huruf, dan kalimat ini bisa dijadikan untuk tugas
individu dengan cara pendidik harus ada kerjasama dengan orangtua anak.
Orangtua tugasnya hanyalah sebagai
fasilitator, hanya mengarahkan saja. Setelah penugasan selesai anak diajak
kembali duduk dan mengelompokkan huruf sesuai dengan kata, kalimat, bentuk, dan
warna yang tak sama. Setelah semua selesai dikumpulkan tugas guru adalah
menanyakan tentang kegiatan yang telah dilakukan oleh siswa satu dengan siswa
lainnya. Hal ini akan lebih mempermudah anak dalam memahami materi membaca dan
menulis dari adanya penerapan dengan sederhana. Sehingga nantinya mereka paham
tentang menulis dan membaca apapun yang berada di sekitar mereka, seperti saat
melihat angka 10 dan 8 anak akan menyimpulkan bahwa angka sepuluh bentuknya
satu dan nol sedangkan delapan bentuknya dari angka nol yang disusun.
PENUTUP
Pembelajaran berbahasa melalui
membaca dan menulis pada anak usia dini haruslah menggunakan media sederhana
yang dapat mereka pahami, misalnya menggunakan benda atau mainan yang berada
dalam rumah sehingga pembelajaran yang diperoleh anak dapat berkesan dan
bermakna dalam dirinya. Pengetahuan mengenai membaca dan menulis dalam
berbahasa merupakan bentuk dari penyampaian dari huruf menjadi kata dan kata
menjadi kalimat yang akan dibaca, dilihat dan dituliskan. Membaca dan menulis
merupakan cara anak untuk dapat mengetahui berbagai macam informasi dalam
bentuk pengucapan dan tulisan dan lainnya. Memberikan kesempatan anak untuk
mengutaran apa yang mereka dapatkan, mereka dengarkan, mereka tuliskan, dan
mereka bicarakan agar anak bisa mengerti tentang konsep tentang berbahasa lebih
banyak yang bertujuan untuk mengasah dalam mengolah kata dan penulisan yang
benar. Anak juga tahu jadwal kegiatam sehari tanpa mereka sadari sendiri akan
dilakukan secara rutin tanpa harus diingatkan dalam bentuk lembaran. Pengembangan
berbahasa bisa diperoleh dari kegiatan sehari hari anak. Misalnya ketika usia 3
tahun anak menulis angka satu dan membacanya mengungkapkan dengan bahasa lisan
bahwa itu huruf “ I ” . Dalam penerapan
pembelajaran berbahasa melalui membaca dan menulis guru haruslah bisa
memfasilitasi apa yang dibutuhkan oleh anak.
Ada beberapa intelegasi yang
dimiliki oleh peserta didik, salah satunya adalah keterampilan inteligasi berbahasa
yaitu kemampuan dalam menanya, menjawab, menyampaikan pendapat dan pandai dalam
bermain kata-kata. Biasanya anak yang memiliki kecerdasan intelegensi berbahasa
maka saat dewasa akan sangat terlihat saat menyampaikan pendapat dan pandai
dalam bermain kata-kata. Seseorang mampu untuk berfikir secara induktif dan
dedukatif, berfikir sesuai logika, memahami dan menganalisis apa yang mereka
dapatkan dan peroleh dalam memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan
untuk berfikir dalam berbahasa. Anak yang memiliki kecerdasan berbahasa tinggi
akan memperlihatkan minat mereka terhadap kegiatan eksplorasi menanya, menjawab
dan sering kadang tidak suka dalam menulis. Dengan kecerdasan ini mereka akan
sering bertanya tentang berbagai kejadian yang telah mereka lihat, setelah
mereka menutut untuk penjelasan juga ingin mendengarkan jawaban yang logis atas
pertanyaan yang mereka ajukan. Selain aktif dalam bertanya, anak dengan
kecerdasan ini juga menyukai dengan mengklasifikasi benda dan suka berhitung.
DAFTAR
RUJUKAN
Jateng PAUD. 2015. Pengertian Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini (PAUD).
(Online) . (https://www.paud.id/2015/09/perkembangan-bahasa-anak-usia-dini.html). diakses pada 02
desember 2018.
Nurhayati.
2016. Meningkatkan Kemampuan Menulis
Permulaan Melalui Media Pasir Pada Anak Kelompok A. (Jurnal Online). (http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/paud-teratai/article/view/13399). Diakses
pada 02 desember 2018.
Sulistiyaingwarni. 2015. Pengembangan membaca dan menulis pada siswa. (Online) . (http://sulistiyaingwarni.blogspot.com/2015/03/pengembangan-membaca-dan-menulis-pada.html). diakses pada 02 desember 2018.
Susanto, Ahmad.
2011. Perkembangan Anak Usia Dini.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
ARTIKEL PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI
Menstimulasi Keterampilan
Membaca dan Menulis Permulaan pada Anak usia 5 – 6 tahun
Nur Lailiya
Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Malang
Abstrak:
Membaca dan menulis merupakan suatu cara untuk mendapatkan pengetahuan yang
baru ataupun menyebarkan pengetahuan. Kemampuan membaca dan menulis tidak dapat
dipisahkan karena kemampuan ini akan berjalan beriringan. Tujuan penulisan ini
adalah untuk mengetahui tahapan perkembangan kemampuan membaca dan menulis
permulaan pada anak usia dini serta mengetahui bagaimana menstimulasi kemampuan
membaca dan menulis permulaan pada anak usia 5 – 6 tahun. Salah satu caranya
adalah dengan media yang bernamakan Say it Make it Write it (SMW). Seperti
namanya pertama anak akan menyebutkan nama hewan yang ada pada gambar, kemudian
anak akan menyusun huruf yang sudah diacak, dan yang ketiga anak anak
menuliskan huruf tersebut. Media ini cocok untuk diterapkan kepada anak usia 5
– 6 tahun dalam menstimulasi kemampuan membaca dan menulis permulaan pada anak.
Kata
kunci: membaca dan menulis permulaan, anak,
media SMW
PENDAHULUAN
Pendidikan anak usia dini merupakan suatu pembinaan
terhadap anak sejak lahir sampai dengan enam tahun agar anak dapat mencapai
tugas-tugas perkembangannya. Pembinaan yang dilakukan adalah dengan pemberian
stimulus atau rangsangan sesuai dengan tahapan usia anak. Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 juga menyebutkan
“Pendidikan anak Usia Dini, yang selanjutnya disingkat PAUD merupakan suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6
(enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Pendidikan ini ditujukan agar
anak siap untuk memasuki jenjang pendidikan berikutnya. Keberhasilan pada masa
usia dini akan mempengaruhi keberhasilan pada pendidikan berikutnya.
Masa
usia dini sering kali disebut sebagai masa peka atau golden age. Masa peka
merupakan masa dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat. Pada masa ini anak akan mudah menerima stimulus atau rangsangan yang
diberikan oleh orang dewasa. Kemunculan masa peka ini tidak dapat diketahui
kapan tepatnya, namun masa ini terjadi pada kisaran anak usia nol hingga enam
tahun. Menurut Montessori masa peka ditandai dengan anak menjadi sangat
tertarik pada suatu objek tetentu dan mengabaikan objek yang lain serta anak
akan memiliki kebutuhan dalam jiwanya yang secara spontan menuntut kepuasan
sehingga anak akan lebih banyak bertanya dan kritis saat memperoleh informasi
yang baru (Suyadi dan Maulidya, 2013). Didalam masa peka inilah saat yang
paling tepat untuk peletakkan dasar pertama dan utama dalam kehidupan anak, selain
itu keberhasilan perkembangan dimasa ini akan mempengaruhi perkembangan dimasa
selanjutnya.
Bahasa merupakan salah satu dari keenam aspek
perkembangan yang harus dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini. Menurut
Santrock dalam Anita (2015) bahasa (language)
adalah suatu bentuk komunikasi baik lisan, tertulis, maupun isyarat yang
didasarkan pada sebuah sistem simbol. Bahasa digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain karena melalui bahasa anak
dapat mengungkapkan ide, pendapat, keinginan ataupun perasaannya kepada orang
lain. Selain itu, dengan memahami bahasa anak dapat mengerti apa yang
dimaksudkan atau disampaikan orang lain kepada dirinya.
Bahasa memiliki peran yang penting bagi kehidupan.
Perkembangan bahasa pada anak akan mempengaruhi perkembangan-perkembangan yang
lainnya. Contohnya perkembangan sosial emosional, anak yang memiliki
perkembangan bahasa yang baik akan memudahkan anak tersebut untuk berinteraksi
dengan orang lain serta mengekspresikan apa yang ia rasakan. Selain itu,
perkembangan bahasa anak juga akan berpengaruh terhadap perkembangan berpikir
anak karena antara perkembangan bahasa dan juga kognitif akan berjalan
beriringan sesuai dengan tahapan usianya. Menurut Suhartono dalam Anita (2015)
menyatakan bahwa peranan bahasa bagi anak usia dini diantaranya sebagai sarana
untuk berpikir, sarana untuk berbicara, dan sarana agar anak mampu untuk
membaca dan juga menulis.
Menurut Bromley dalam Dhieni dan Lara Fridani (2014)
berpendapat bahwa terdapat empat aspek bahasa yaitu menyimak, berbicara,
membaca dan menulis. Bahasa dibagi menjadi dua yaitu bahasa yang bersifat
reseptif dan juga bahasa yang bersifat ekspresif. Keterampilan menyimak dan
membaca adalah keterampilan bahasa reseptif karena dalam keterampilan ini makna
bahasa diperoleh dan diproses melalui simbol visual dan verbal. Selain itu,
anak akan mengalami proses pemahaman dengan cara anak akan memahami bahasa
berdasarkan konsep pengetahuan dan pengalaman mereka. Sedangkan untuk
keterampilan berbicara dan menulis adalah keterampilan bahasa ekspresif yang
melibatkan pemindahan arti melalui simbol visual dan verbal yang diproses dan
diekspresikan anak. Didalam berbicara dan menulis anak mengalami proses
penyusunan, dimana anak akan menyusun bahasa dan mengkonsep arti (Dhieni dan
Lara Fridani, 2014).
Menurut Thaiss dalam Bromley (dalam Dhieni dan Lara
Fridani, 2014) berpendapat bahwa anak dapat memahami dan mengingat suatu
informasi jika mereka mendapat kesempatan untuk membicarakannya, menuliskannya,
menggambarkannya dan memanipulasinya. Anak akan mudah mengingat suatu informasi
yang sudah didapatkan dari menyimak dan membaca yaitu dengan menulisnya ataupun
membicarakannya. Disinilah peranan keterampilan bahasa dapat mempengaruhi
bagaimana anak tersebut berpikir.
Membaca dan menulis merupakan salah satu dari keterampilan
bahasa. Membaca dan menulis tidak dapat dipisahkan dalam pengajarannya, karena
kemampuan ini akan berjalan secara beriringan. Dalam pembelajarannya, kemampuan
ini akan diajarkan secara bersama-sama. Membaca dan menulis sebenarnya tidak
boleh diajarkan untuk anak usia dini, namun karena permintaan dari masyarakat
yang mengharuskan anaknya ketika lulus TK bisa untuk membaca dan menulis, maka
guru TK mau tidak mau harus mengajarkan membaca dan menulis permulaan kepada
anak. Membaca dan menulis permulaan ini biasanya diajarkan di kelompok B, yaitu
rentang usia 5 – 6 tahun. Namun untuk pengenalan huruf kepada anak dilakukan
saat anak menduduki kelompok A. Dalam pengajaran membaca dan menulis permulaan
guru memberikan stimulus melalui kegiatan bermain atau melalui
kegiatan-kegiatan lainnya yang menyenangkan untuk mengenalkan kepada anak
tentang huruf dan tulisan.
PEMBAHASAN
Menurut
Oxford Learners Pocket Dictionary (dalam Christianti, 2013) membaca adalah
bentuk aktivitas melihat dan memahami tulisan atau cetakan. Sejalan dengan
pendapat Ruddell dalam Morrow dalam (Aulina, 2012)
yang mendefinisikan membaca sebagai salah satu dari penggunaan berbahasa untuk
menguraikan tulisan atau simbol dan memahaminya. Menurut Abdurrahman dalam Dewi
(2015) menyebutkan membaca merupakan kemampuan yang harus dimiliki semua siswa
karena melalui membaca siswa dapat belajar banyak tentang berbagai bidang
studi. Jadi dapat disimpulkan bahwa membaca adalah kemampuan untuk memahami
tulisan atau simbol yang tertulis untuk mendapatkan suatu informasi atau
pengetahuan.
Menulis menurut Oxford Learners Pocket Dictionary
(dalam Christianti, 2013) adalah mark
letters or numbers on a surface with a pen or pencil, atau memproduksi
sesuatu dalam bentuk tulisan sehingga orang dapat membaca, atau put information greetings, etc in a letter
and then send it to somebody. Sedangkan menurut Lado dalam Tarigan dalam
Prastiwi, dkk (2013) menulis adalah melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh
seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa menulis
adalah suatu kegiatan menggoreskan tanda atau simbol dalam bentuk bahasa tulisan
sehingga orang lain dapat membaca serta mendapatkan suatu informasi.
Membaca
dan menulis permulaan diajarkan kepada anak dengan tujuan untuk mengenalkan
huruf atau lambang kepada anak. Dalam pengajarannya dilakukan dengan pemberian
stimulus yang sesuai dengan tahapan perkembangan dan kesiapan belajar membaca
dan menulis permulaan anak. Stimulus yang diberikan harus menyenangkan bagi
anak. Selain itu guru dapat mencontohkan perilaku senang membaca dan juga
menulis kepada anak, agar anak dapat termotivasi untuk terus belajar. Guru
dapat membacakan cerita-cerita untuk anak menggunakan buku cerita, dan
kegiatan-kegiatan tentang membaca dan menulis yang bersifat menyenangkan bagi
anak lainya.
Menurut
Aulina (2012) membaca permulaan sudah dapat diberikan kepada anak usia taman
kanak-kanak, tergantung pada kesiapan membaca seseorang. Mary Mayesky dalam
Cristianti (2013) menyebutkan ada enam faktor kesiapan anak dalam membaca,
yaitu (1) kesiapan fisik yang sehat, (2) kesiapan perseptual, (3) kesiapan
kognitif, (4) kesiapan linguistik, (5) kesiapan afektif dan (6) kesiapan
lingkungan/eksperiental. Anak dikatakan memiliki kesiapan untuk membaca jika secara
fisik anak tidak mengalami masalah, kemudian anak memiliki presepsi hal yang
sama dengan apa yang didengarnya, petunjuk jelas sesuai usia anak atau
kematangan sesuai dengan usianya, memiliki kesempatan yang cukup banyak untuk
mendengarkan dan berbicara, dan secara mental memiliki kepercayaan diri yang
baik serta memiliki pengalaman yang bersentuhan langsung dengan lingkungan.
Selain itu Jamaris (dalam Aulina, 2012) juga berpendapat
bahwa anak usia taman kanak-kanak telah memiliki dasar kemampuan untuk belajar
membaca dan menulis. Hal tersebut dapat dilihat dari: (1) kemampuan anak dalam
melakukan koordinasi gerakan visual, (2) kemampuan anak dalam melakukan
diskriminasi secara visual, (3) kemampuan kosakata, (4) kemampuan diskriminasi
auditori atau kemampuan membedakan suara yang didengar.
Lesley
Mandel Morrow (dalam Cristianti, 2013) menjabarkan tiga tahapan membaca. Tahap
pertama, yaitu anak menyadari fungsi dari tulisan. Anak akan belajar dari
sesuatu yang dekat dengannya, anak menyadari kata pertama yang bermakna dan
dekat dengan kehidupannya. Contohnya nama keluarganya, kemudian label makanan
yang sering dikonsumsi, dan yang lainnya. Tahap kedua, yaitu anak menyadari
bentuk-bentuk dari tulisan yang dikenalnya tersebut. Anak mengetahui detail
namanya, bunyinya, dan kaitan antara huruf dengan kata. Tahap ketiga, yaitu
tahap mengidentifikasi dan menggunakan tata bahasa tulisan. Pada tahap ini,
anak memahami bahwa tulisan dibaca dari kiri ke kanan dan anak memahami bahwa
ada jarak antara huruf dan juga kata. Sedangkan Jamaris (dalam Aulina, 2012)
membagi tahapan membaca pada anak menjadi empat tahapan. (1) Tahap timbulnya
kesadaran terhadap tulisam, (2) Tahap membaca gambar, (3) Tahap mengenal
bacaan, (4) Tahap membaca lancar.
Tahapan
menulis dibagi menjadi empat tahap oleh Temple et.al, Clay, Ferreiro dan
Teberosky dalam Jo Ann Brewer dalam Cristianti (2013). Tahap pertama, scribbling stage yaitu tahap menulis
anak dengan ciri mulai mencoret, coretan memberi tanda acak dikertas. Anak
mulai membentuk beberapa garis (tanda keatas kebawah) seperti menulis dan
berisi bagian utama coretan didalam kotak. Coretan ini mengindentifikasi
kemampuan anak dalam mengontrol alat tulis dan peningkatan pengetahuannya
terhadap kertas. Tahap kedua, linear
repetitive stage yaitu tahapan anak mulai menulis dalam bentuk garis
horizontal dan huruf yang terpisah dalam garis buku, anak dapat melihat
hubungan konkret antara kata dan bentuknya. Orang dewasa dapat memberikan
contoh menulis pada anak, mengapresiasi coretan anak, dan mulai menunjukkan
bentuk permulaan huruf pada anak. Tahap ketiga, random-later stage yaitu anak belajar bahwa bentuk atau
simbol-simbol dapat dikatakan sebagai huruf, anak akan membuat huruf yang
dikenalnya secara acak untuk menyampaikan maksudnya kepada orang lain. Karena
ingatan pada bentuk huruf masih terbatas, kadang anak membuat garis huruf tidak
sesuai dengan bunyi dari kata yang ditulisnya. Pada tahap ini, anak membutuhkan
orang dewasa disekitarnya untuk merespon secara intensif atau mengapresiasi
tulisannya bukan mengoreksi bentuk dan menyalahkannya. Tahap keempat, latter-name or phonetic writing yaitu
anak mulai membuat hubungan antara huruf dan bunyi, ditahap ini anak biasanya
menulis huruf yang memiliki nama dan bunyi yang sama. Anak mencoba untuk
menampilkan kata dengan bentuk huruf yang tepat sesuai dengan apa yang
didengarnya. Diakhir tahap ini anak akan
lebih ahli menulis dengan berbagai bentuk seperti memberi jarak dalam kata,
namun ejaan yang ditulis masih sama seperti apa yang didengarnya, misalnya ember
ditulis “mbr”. Maka dari itu anak harus terus berlatih untuk menulis dan juga
membaca kembali tulisannya. Itulah sebabnya kemampuan membaca dan menulis akan
berjalan beriringan.
Sebelum
anak diajarkan untuk menulis, hendaknya anak dikenalkan terlebih dulu tentang
bagaimana cara posisi atau sikap duduk yang benar, cara memegang pensil dan
crayon yang benar, cara untuk menggunakan kertas dengan benar, serta bagaimana
cara menulis. Hal-hal diatas sudah bisa diajarkan sejak anak berusia 3 tahun.
Sehingga ketika anak mulai memasuki sekolah Taman Kanak-Kanak mereka sudah
memiliki bekal dasar dalam hal kemampuan menulis maupun menggambar.
Cara
untuk menstimulasi atau mengajarkan membaca dan menulis permulaan pada anak taman
kanak-kanak dapat dilakukan dengan cara bermain secara kreatif, bermain puzzle
huruf, menulis diatas pasir ataupun menggunakan finger painting, bermain kartu
huruf, dan masih banyak lagi. Dalam memberikan pembelajaran mengenai membaca
dan menulis pada anak harus dengan sesuatu yang menyenangkan bagi anak, supaya
anak mau untuk belajar. Untuk mengenalkan kepada anak bagaimana membaca dan
menulis lebih baik gunakan gambar untuk mengenalkan tulisan. Dimana dibawah
gambar harus disesuaikan dengan apa yang ada diseitar anak (benda yang dekat
dengan anak). Selain itu gambar juga harus disertai dengan tulisan dari nama
gambar tersebut, agar anak mengenal huruf-huruf yang membentuk kata dari gambar
tersebut. Penggunaan huruf untuk anak Taman Kanak-Kanak hedaknya menggunakan
huruf kecil saja (bukan huruf kapital), selain itu guru juga perlu mengajarkan
bagaimana cara menulis huruf dengan benar.
Media Say it Make it Write it (SMW)
Say
it Make it Write it adalah media pembelajaran yang dapat digunakan untuk
menstimulasi kemampuan membaca dan menulis permulaan anak. Seperti namanya yang pertama anak akan menyebutkan
nama hewan yang ada pada gambar, kemudian anak akan menyusun huruf yang sudah
diacak, dan yang ketiga anak anak menuliskan huruf tersebut.
Sasaran dari media ini adalah anak Taman Kanak-Kanak kelompok B, yaitu usia 5 –
6 tahun. Alat dan bahan yang digunakan untuk media ini adalah kertas lembar
kerja, potongan-potongan huruf dibuat secara warna-warni, dan juga pensil.
Media
ini berupa lembar kerja siswa yang mana terbagi menjadi tiga kotak. Pertama
kotak berisikan gambar binatang (atau yang lainnya) beserta nama dari binatang
tersebut. Kemudian kotak kedua adalah kotak kosong yang disiapkan untuk anak
menyusun huruf sesuai dengan tulisan nama binatang diatasnya. Dan untuk kotak
yang ketiga adalah kotak kosong untuk anak menuliskan secara mandiri
menggunakan pensil tulisan nama binatang sesuai dengan apa yang disusunnya
diatasnya.
Langkah-langkah
penerapan media ini adalah sebagai berikut. Pertama, guru mendemonstrasikan
media SMW ini kepada anak. Demonstrasi berisikan tentang apa saja
binatang-binatang yang ada didalam gambar, lalu apa saja huruf yang menyusun
nama dari binatang tersebut (disebutkan dan dibaca bersama-sama). Kemudian guru
mencontohkan bagaimana cara mengerjakan kotak yang kedua yaitu menyusun huruf
dengan potongan huruf yang sudah disediakan sesuai dengan nama binatang diatas,
dan kemudian guru memberikan contoh cara
menulis tulisan nama binatang yang ada diatasnya. Kedua, guru membagikan lembar
kerja tersebut kepada anak-anak, kemudian anak-anak mengerjakan apa yang
diinstruksikan oleh guru. Ketiga, ketika selesai anak-anak memberikan hasil
kerjanya kepada guru dan yang terakhir guru memberikan penguatan dan apresiasi
tentang apa yang sudah dikerjakan oleh anak.
Media
SMW ini tidak hanya mengenalkan atau mengajarkan bagaiman membaca dan menulis
kepada anak, tetapi media ini juga mengenalkan warna kepada anak melalui
potongan-potongan huruf yang berwarna-warni. Selain itu, media ini juga
dilengkapi dengan gambar yang memudahkan anak untuk mengenali tulisan yang ada
dibawah gambar serta tulisan apa saja yang membentuk nama gambar tersebut.
Media ini dapat menstimulasi keterampilan membaca dan menulis permulaan pada
anak usia 5 – 6 tahun atau kelompok B. Karena diusia ini anak sudah memiliki
pebendaharaan kosakata yang cukup banyak serta dirasa lebih memiliki kesiapan
untuk membaca dan menulis daripada anak usia 4 – 5 tahun atau kelompok A. Saat
dikelompok A, anak masih diajarkan dasar-dasar untuk membaca maupun menulis
seperti pengenalan huruf, cara memegang pensil/crayon yang benar, cara duduk
yang benar, dan yang lainnya.
PENUTUP
Membaca
dan menulis adalah dua kemampuan yang berjalan secara beriringan dan tidak
dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Anak dikatakan memiliki
kesiapan untuk membaca jika secara fisik anak tidak mengalami masalah, kemudian
anak memiliki presepsi hal yang sama dengan apa yang didengarnya, petunjuk
jelas sesuai usia anak atau kematangan sesuai dengan usianya, memiliki kesempatan
yang cukup banyak untuk mendengarkan dan berbicara, dan secara mental memiliki
kepercayaan diri yang baik serta memiliki pengalaman yang bersentuhan langsung
dengan lingkungan. Sebelum anak diajarkan untuk menulis, hendaknya anak
dikenalkan terlebih dulu tentang bagaimana cara posisi atau sikap duduk yang
benar, cara memegang pensil dan crayon yang benar, cara untuk menggunakan
kertas dengan benar, serta bagaimana cara menulis.
Say
it Make it Write it (SMW) adalah
salah satu media yang menstimulasi anak agar dapat membaca dan mengenali huruf
yang ada didalam gambar. Seperti namanya pertama anak akan menyebutkan nama
hewan yang ada pada gambar, kemudian anak akan menyusun huruf yang sudah
diacak, dan yang ketiga anak anak menuliskan huruf tersebut. Media ini cocok
untuk diterapkan kepada anak usia 5 – 6 tahun dalam menstimulasi kemampuan
membaca dan menulis anak.
DAFTAR RUJUKAN
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak
Usia Dini. 2015.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Suyadi,
dan Maulidya Ulfah. 2013. Konsep Dasar
PAUD. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Prastiwi, Widi, dkk. 2013. Penerapan Metode Struktur Analitik Sintetik (SAS) Untuk Meningkatkan
Kemampuan Mengenal Membaca dan Menulis Permulaan Untuk Anak Usia Dini di TK N
Pembina Cawas Kelompok B Tahun Pelajaran 2011/2012. , 1 (1). pp 1-6. ISSN
2338-008X. Dari: https://eprints.uns.ac.id/5448/
Aulina, Choirun Nisak. 2012. Pengaruh Permainan dan
Penguasaan Kosakata Terhadap Kemampuan Membaca
Permulaan Anak Usia 5-6 Tahun. Pedagogia,
1 (2), 131–143. Dari: http://ojs.umsida.ac.id/index.php/pedagogia/article/view/36/42
Dewi, Sri Utami Soraya. 2015. Pengaruh Metode
Multisensori dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Kelas
Awal Sekolah Dasar. MODELING: Jurnal
Program Studi PGMI, 3(1), 1–13. Dari: http://jurnal.stitnualhikmah.ac.id/index.php/modeling/article/view/43
Dhieni, Nurbiana dan Lara Fridani. 2013. Modul 1 Hakikat Perkembangan Bahasa Anak.
(online), (http://repository.ut.ac.id/4695/1/PAUD4106-M1.pdf)
Anita. 2015. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini. Jurnal al-Shifa, 6(2), 161–180. Dari: http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/alshifa/article/download/982/802/
Christianti, Marta. 2013. Membaca dan Menulis Permulaan
Untuk Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan
Anak, 2(2), 312–317. Dari:
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpa/article/view/3042
Zubaidah, Enny. ____. Draft
Buku Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini.(online), (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/dr-enny-zubaidah-mpd/Produk%20Bahan%20Ajar_Pengembangan%20Bahasa%20Anak%20Usia%20Dini.pdf)
ARTIKEL PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI
Pentingnya
Literasi Sejak Usia Dini
Nila Khoirunaili
PGPAUD Universitas Negeri Malang -Malang
nilaakhoirunaili@gmail.com
Abstrak:. Pada era
globalisasi seperti sekarang ini telah terjadi kemajuan yang sangat pesat pada
bidang teknologi informasi. Kemajuan itu menuntut dukungan budaya baca tulis,
yaitu perwujudan perilaku yang mencakup kemampuan, kebiasaan, kegemaran, dan
kebutuhan baca tulis. Literasi merupakan salah satu keterampilan keaksaraan
(baca tulis) yang dapat menggunakan fasilitas scaffolding dalam
penggunaan rancangan bahan pendidikan. Tiga aspek penting yang harus diketahui
tentang baca-tulis Anak sangat perlu
dikenalkan literasi sedini mungkin, berawal dari kebiasaan orang sekitar
terutama ayah dan ibunya akan sangat membantu anak dalam hal literasinya. Kemuadian
peran guru juga menunjang bagaimana perkembangan literasi anak bisa berjalan.
Kata
kunci: Membaca,
menulis, anak usia dini
PENDAHULUAN
Perkembangan anak usia dini sangat penting dilaksanakan sebagai dasar bagi
pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu untuk membentuk karakter,
budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil, dan bertaqwa kepada Tuhan yang
Maha Esa. Anak adalah individu yang berbeda, dan memiliki karakteristik sendiri
sesuai dengan tahapan usianya.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Anak usia dini memiliki
keistimewaan. Pada usia ini, anak-anak sedang mengalami perkembangan baik
fisik, maupun psikologisnya. Rentang perkembangan sepanjang kehidupan manusia dimulai
dan didasari oleh pertumbuhan dan perkembangan anak sejak usia dini yang
berlangsung sejak usia lahir – 6 tahun yang sering disebut Golden age.
Masa Golden age adalah
masa dimana anak-anak sedang mengalami perkembangan secara pesat. PAUD adalah
stimulasi bagi
masa yang penuh dengan kejadian penting dan unik yang meletakkan dasar bagi
seseorang di masa dewasa.
Seorang guru di sebuah TK
pernah mengatakan bahwa beberapa orang tua siswa meminta mereka untuk
mengajarkan anaknya membaca dan menulis bahkan berhitung, dengan alasan agar
anak bisa diterima di Sekolah Dasar ternama. Banyak Sekolah Dasar yang
menggunakan seleksi bagi calon siswa baru mulai dari tes kemampuan membaca,
menulis dan berhitung.
Untuk menstimulasi agar
perkembangan tersebut berjalan, orang tua menuntut guru untuk memberi tugas,
kegiatan pembelajaran bahkan pekerjaan rumah untuk anak terkait dengan
kemampuan membaca dan menulis. Pada dasarnya oleh Dinas Pendidikan, anak tidak
boleh diajarkan baca dan tulis terlebih dahulu karena belum sesuai dengan usia
anak. Peraturan ini sudah disosialisasikan pada seluruh lembaga pendidikan anak
usia dini. Peran guru kemudia menjadi sulit yaitu harus menjembatani permintaan
orang tua agar anak dapat membaca dan menulis. Langkah yang bisa diambil guru
adalah tetap memberikan stimulasi untuk membaca dan menulis pada anak usia PAUD
dengan menghubungkan dengan teori dari beberapa ahli berikut ini.
Berdasarkan teori perkembangan kognitif dari Jean Piaget. Anak usia 2
sampai 7 tahun masuk pada tahap Pra-operasional. Dimana pada ada tahap ini anak
sudah mengenal simbol, penggunaan bahasa sudah lebih cepat berkembang.
Memori/ingatan dan imajinasi juga sudah mulai berkembang cepat. Namun pemikiran
kognitif anak masih cenderung intuitif, belum mengenal konsep sebab-akibat atau
konsep perbandingan secara lebih mendalam. Berdasar teori yang ada itu bisa
simpulkan, bahwa anak usia 2 hingga 7 tahun sudah bisa diajarkan membaca dan
menulis. Mereka akan cepat menangkap dan mempelajarinya. Tapi harus
diperhatikan juga cara mengajarnya. Pemaksaan kepada anak untuk belajar,
bukannya bermain akan menimbulkan dampak yang serius bagi perkembangan
kepribadian anak. Apabila anak menolak, orangtua wajib menghentikan, karena
belajar calistung dalam arti belajar di dalam ruang, duduk dengan tertib,
menyimak, mendengar tanpa ribut, membuka buku, hanya untuk anak berusia 7 tahun
atau lebih.
PEMBAHASAN
Menurut Neumann, Hood &
Neumann (2009). Literasi merupakan salah satu keterampilan keaksaraan (baca
tulis) yang dapat menggunakan fasilitas scaffolding dalam penggunaan
rancangan bahan pendidikan. Tiga aspek penting yang harus diketahui tentang
baca-tulis menurut Seefeldt & Wasik (2008) yaitu:
1. Baca-tulis adalah perkembangan dari keterampilan membaca dan menulis maupun
tindakan-tindakan kreatif dan analitis dalam memproduksi dan memahami teks.
2. Perkembangan baca-tulis telah dimulai sejak lama sebelum anak-anak memulai
instruksi formal dalam membaca.
3. Belajar baca dan tulis penting bagi keberhasilan anak-anak di sekolah
Stimulasi yang paling baik
pada tahap literasi adalah dengan membacakan cerita, kisah atau dongeng
(Suyadi, 2010), selain itu bermain, bercerita, dan bernyanyi juga berperan
penting dalam setiap kegiatan, karena berbagai kegiatan dapat disampaikan
dengan menyenangkan dan menarik bagi anak (Inten, Permatasari, & Mulyani,
2016).
Stimulasi melalui bermain dapat menarik minat anak
sehingga anak tidak merasa kesulitan untuk fokus, tidak mudah bosan dan capek. Anak tidak membutuhkan
stimulasi yang tidak dirasakan sebagai belajar tetapi sebagai bermain yang sesuai dengan
kebutuhan perkembangannya (Ruhaena, 2015). Pakar dalam bidang perkembangan
kanak-kanak percaya bahwa bermain adalah cara terbaik bagi anak-anak
mempelajari konsep yang kemudian digunakan untuk mempelajari hal-hal baru
dimasa datang (Puteh & Ali, 2011).
Menurut Santrock (2012) anak-anak
prasekolah adalah pelajar yang aktif, yang dapat mengeksplorasi dunia bersama
teman-teman sebaya. Karakteristik anak prasekolah antara lain anak usia
prasekolah (4-6 tahun) termasuk kedalam tahapan pra operasional yang artinya
pada tahap ini anak akan mengerti dan mengenal simbol-simbol abstrak dan
konkret (Delima, Arianti, & Pramudyawardani, 2015). Ciri utama dari tahap
ini adalah berpikir simbolik dan berpikir intuitif, egosentris, dan animisme
serta suka mendengarkan cerita dongeng (Lestari, 2013).
bermain yang sesuai dengan kebutuhan perkembangannya (Ruhaena, 2015). Pakar
dalam bidang perkembangan kanak-kanak percaya bahwa bermain adalah cara terbaik
bagi anak-anak mempelajari konsep yang kemudian digunakan untuk mempelajari
hal-hal baru dimasa datang (Puteh & Ali, 2011).
Menurut Cochrane Efal perkembangan
dasar kemampuan membaca pada anak usia 4-6 tahun berlangsung dalam lima tahap
yakni:
Pertama tahap fantasi (
magical stage )
pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku, mulai berpikir bahwa buku itu penting. melihat, membolak-balik buku dan kadang-kadang membawa buku yang disukai. Sikap orang tua atau guru hendaknya dapat memberi dan menunjukkan contoh perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, dan membicarakan isi buku.
pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku, mulai berpikir bahwa buku itu penting. melihat, membolak-balik buku dan kadang-kadang membawa buku yang disukai. Sikap orang tua atau guru hendaknya dapat memberi dan menunjukkan contoh perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, dan membicarakan isi buku.
Kedua, tahap pembentukan
konsep diri (self concep stage) Anak memandang dirinya sebagai pembaca dan
mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi
makna pada gambar atau buku meskipun tidak cocok dengan tulisannya. Sikap orang
tua atau guru memberikan rangsangan dengaan jalan membacakan sesuatu pada anak,
memberi akses pada buku-buku yang diketahui anak dan senantiasa melibatkan anak
dalam membacakan berbagai buku.
Ketiga, tahap membaca
gambar (bridging reading stage) tahap dimana anak menjadi sadar bahwa pada apa
yang dilihat tampak serta dapat
menemukan kata yang sudah dikenal, dapat mengungkapkan kata-kata yang memiliki
makna dengan dirinya, dapat mengulang kembali cerita yang tertulis dan anak
sudah mengenal abjad. Sikap orang tua/guru membacakan sesuatu pada anak, menghadirkan
beberapa kosa kata pada lagu dan puisi serta memberikan kesempatan menulis
sesering mungkin.
Keempat, tahap pengenalan
bacaan (take of reader stage) anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat
(graphonic, semantic dan syntactic ) secara bersama-sama. Anak mulai tertarik
pada bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pada konteksnya, berusaha mengenal
tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai tanda seperti kotak susu,
pasta gigi. Sikap orang tua/guru masih harus membacakan sesuatu pada anak
sehingga dapat mendorong untuk membaca sesuatu pada berbagai situasi. (orang
tua/ guru jangan memaksa anak membaca huruf secara sempurna).
Kelima, tahap membaca
lancar (independen reader stage)
pada tahap ini anak membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas. menyusun pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan bacaan. Pada tahap ini sikap orang tua/ guru masih tetap membacakan berbagai jenis buku pada anak. hal ini akan mendorong anak untuk memperbaiki bacaannya, membantu menyeleksi bahan-bahan bacaan yang sesuai serta mengajarkan cerita yang berstruktur.
pada tahap ini anak membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas. menyusun pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan bacaan. Pada tahap ini sikap orang tua/ guru masih tetap membacakan berbagai jenis buku pada anak. hal ini akan mendorong anak untuk memperbaiki bacaannya, membantu menyeleksi bahan-bahan bacaan yang sesuai serta mengajarkan cerita yang berstruktur.
Pada era globalisasi
seperti sekarang ini telah terjadi kemajuan yang sangat pesat pada bidang
teknologi informasi. Kemajuan itu menuntut dukungan budaya baca tulis, yaitu
perwujudan perilaku yang mencakup kemampuan, kebiasaan, kegemaran, dan
kebutuhan baca tulis. Anak sangat perlu dikenalkan literasi sedini mungkin,
berawal dari kebiasaan orang sekitar terutama ayah dan ibunya akan sangat membantu
anak dalam hal literasinya.
PENUTUP
Literasi merupakan salah satu keterampilan keaksaraan
(baca tulis) yang dapat menggunakan fasilitas scaffolding dalam
penggunaan rancangan bahan pendidikan. Pada
era globalisasi seperti sekarang ini telah terjadi kemajuan yang sangat pesat
pada bidang teknologi informasi. Kemajuan itu menuntut dukungan budaya baca
tulis, yaitu perwujudan perilaku yang mencakup kemampuan, kebiasaan, kegemaran,
dan kebutuhan baca tulis. Anak sangat perlu dikenalkan literasi sedini mungkin,
berawal dari kebiasaan orang sekitar terutama ayah dan ibunya akan sangat membantu
anak dalam hal literasinya.
DAFTAR RUJUKAN
Christianti,
Martha. (2013) Membaca dan Menulis Permulaan Untuk Anak Usia Dini. Jurnal
Pendidikan Anak. 2(2). Retrieved from
https://journal.
uny.ac.id/ index.php/jpa /Article/View/3042
Fatoni,
Faqih. (2012). Perkembangan Membaca untuk Anak. Retrieved from http://faqihfatony.blogspot.com/2012/12/makalah-perkembangan-membaca-untuk-anak.html.
Diakses tanggal 2 Desember 2018
Pancaningrum,
Novita. Pengenalan Baca Tulis Bagi Anak Usia Dini. Jurnal STAIN kudus. Retrieved from file:///D:/A%20KULIAH/SEMESTER%203/Perkembangan%20Bahasa %20AUD/Artikel%20membaca%20dan%20menulis%20UAS/jurnal%20uin%20bantenn.html
Ruhaena, Lisnawati. (2015). Model
Multisensori: Solusi Stimulasi Literasi Anak
Prasekolah. Jurnal Psikologi. Volume 42 No 1. Retrieved from https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/6942
Siwi, C. Paramitha. (2017). Proses Stimulasi
Literasi Anak Prasekolah Oleh Guru. Universitas Muhammdiyah Surakarta. Retrieved from http://eprints.ums.ac.id/ 52646/11/FIX%20BANGET%20NASPUB.pdf
Subscribe to:
Posts (Atom)