Pentingnya
Literasi Sejak Usia Dini
Nila Khoirunaili
PGPAUD Universitas Negeri Malang -Malang
nilaakhoirunaili@gmail.com
Abstrak:. Pada era
globalisasi seperti sekarang ini telah terjadi kemajuan yang sangat pesat pada
bidang teknologi informasi. Kemajuan itu menuntut dukungan budaya baca tulis,
yaitu perwujudan perilaku yang mencakup kemampuan, kebiasaan, kegemaran, dan
kebutuhan baca tulis. Literasi merupakan salah satu keterampilan keaksaraan
(baca tulis) yang dapat menggunakan fasilitas scaffolding dalam
penggunaan rancangan bahan pendidikan. Tiga aspek penting yang harus diketahui
tentang baca-tulis Anak sangat perlu
dikenalkan literasi sedini mungkin, berawal dari kebiasaan orang sekitar
terutama ayah dan ibunya akan sangat membantu anak dalam hal literasinya. Kemuadian
peran guru juga menunjang bagaimana perkembangan literasi anak bisa berjalan.
Kata
kunci: Membaca,
menulis, anak usia dini
PENDAHULUAN
Perkembangan anak usia dini sangat penting dilaksanakan sebagai dasar bagi
pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu untuk membentuk karakter,
budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil, dan bertaqwa kepada Tuhan yang
Maha Esa. Anak adalah individu yang berbeda, dan memiliki karakteristik sendiri
sesuai dengan tahapan usianya.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Anak usia dini memiliki
keistimewaan. Pada usia ini, anak-anak sedang mengalami perkembangan baik
fisik, maupun psikologisnya. Rentang perkembangan sepanjang kehidupan manusia dimulai
dan didasari oleh pertumbuhan dan perkembangan anak sejak usia dini yang
berlangsung sejak usia lahir – 6 tahun yang sering disebut Golden age.
Masa Golden age adalah
masa dimana anak-anak sedang mengalami perkembangan secara pesat. PAUD adalah
stimulasi bagi
masa yang penuh dengan kejadian penting dan unik yang meletakkan dasar bagi
seseorang di masa dewasa.
Seorang guru di sebuah TK
pernah mengatakan bahwa beberapa orang tua siswa meminta mereka untuk
mengajarkan anaknya membaca dan menulis bahkan berhitung, dengan alasan agar
anak bisa diterima di Sekolah Dasar ternama. Banyak Sekolah Dasar yang
menggunakan seleksi bagi calon siswa baru mulai dari tes kemampuan membaca,
menulis dan berhitung.
Untuk menstimulasi agar
perkembangan tersebut berjalan, orang tua menuntut guru untuk memberi tugas,
kegiatan pembelajaran bahkan pekerjaan rumah untuk anak terkait dengan
kemampuan membaca dan menulis. Pada dasarnya oleh Dinas Pendidikan, anak tidak
boleh diajarkan baca dan tulis terlebih dahulu karena belum sesuai dengan usia
anak. Peraturan ini sudah disosialisasikan pada seluruh lembaga pendidikan anak
usia dini. Peran guru kemudia menjadi sulit yaitu harus menjembatani permintaan
orang tua agar anak dapat membaca dan menulis. Langkah yang bisa diambil guru
adalah tetap memberikan stimulasi untuk membaca dan menulis pada anak usia PAUD
dengan menghubungkan dengan teori dari beberapa ahli berikut ini.
Berdasarkan teori perkembangan kognitif dari Jean Piaget. Anak usia 2
sampai 7 tahun masuk pada tahap Pra-operasional. Dimana pada ada tahap ini anak
sudah mengenal simbol, penggunaan bahasa sudah lebih cepat berkembang.
Memori/ingatan dan imajinasi juga sudah mulai berkembang cepat. Namun pemikiran
kognitif anak masih cenderung intuitif, belum mengenal konsep sebab-akibat atau
konsep perbandingan secara lebih mendalam. Berdasar teori yang ada itu bisa
simpulkan, bahwa anak usia 2 hingga 7 tahun sudah bisa diajarkan membaca dan
menulis. Mereka akan cepat menangkap dan mempelajarinya. Tapi harus
diperhatikan juga cara mengajarnya. Pemaksaan kepada anak untuk belajar,
bukannya bermain akan menimbulkan dampak yang serius bagi perkembangan
kepribadian anak. Apabila anak menolak, orangtua wajib menghentikan, karena
belajar calistung dalam arti belajar di dalam ruang, duduk dengan tertib,
menyimak, mendengar tanpa ribut, membuka buku, hanya untuk anak berusia 7 tahun
atau lebih.
PEMBAHASAN
Menurut Neumann, Hood &
Neumann (2009). Literasi merupakan salah satu keterampilan keaksaraan (baca
tulis) yang dapat menggunakan fasilitas scaffolding dalam penggunaan
rancangan bahan pendidikan. Tiga aspek penting yang harus diketahui tentang
baca-tulis menurut Seefeldt & Wasik (2008) yaitu:
1. Baca-tulis adalah perkembangan dari keterampilan membaca dan menulis maupun
tindakan-tindakan kreatif dan analitis dalam memproduksi dan memahami teks.
2. Perkembangan baca-tulis telah dimulai sejak lama sebelum anak-anak memulai
instruksi formal dalam membaca.
3. Belajar baca dan tulis penting bagi keberhasilan anak-anak di sekolah
Stimulasi yang paling baik
pada tahap literasi adalah dengan membacakan cerita, kisah atau dongeng
(Suyadi, 2010), selain itu bermain, bercerita, dan bernyanyi juga berperan
penting dalam setiap kegiatan, karena berbagai kegiatan dapat disampaikan
dengan menyenangkan dan menarik bagi anak (Inten, Permatasari, & Mulyani,
2016).
Stimulasi melalui bermain dapat menarik minat anak
sehingga anak tidak merasa kesulitan untuk fokus, tidak mudah bosan dan capek. Anak tidak membutuhkan
stimulasi yang tidak dirasakan sebagai belajar tetapi sebagai bermain yang sesuai dengan
kebutuhan perkembangannya (Ruhaena, 2015). Pakar dalam bidang perkembangan
kanak-kanak percaya bahwa bermain adalah cara terbaik bagi anak-anak
mempelajari konsep yang kemudian digunakan untuk mempelajari hal-hal baru
dimasa datang (Puteh & Ali, 2011).
Menurut Santrock (2012) anak-anak
prasekolah adalah pelajar yang aktif, yang dapat mengeksplorasi dunia bersama
teman-teman sebaya. Karakteristik anak prasekolah antara lain anak usia
prasekolah (4-6 tahun) termasuk kedalam tahapan pra operasional yang artinya
pada tahap ini anak akan mengerti dan mengenal simbol-simbol abstrak dan
konkret (Delima, Arianti, & Pramudyawardani, 2015). Ciri utama dari tahap
ini adalah berpikir simbolik dan berpikir intuitif, egosentris, dan animisme
serta suka mendengarkan cerita dongeng (Lestari, 2013).
bermain yang sesuai dengan kebutuhan perkembangannya (Ruhaena, 2015). Pakar
dalam bidang perkembangan kanak-kanak percaya bahwa bermain adalah cara terbaik
bagi anak-anak mempelajari konsep yang kemudian digunakan untuk mempelajari
hal-hal baru dimasa datang (Puteh & Ali, 2011).
Menurut Cochrane Efal perkembangan
dasar kemampuan membaca pada anak usia 4-6 tahun berlangsung dalam lima tahap
yakni:
Pertama tahap fantasi (
magical stage )
pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku, mulai berpikir bahwa buku itu penting. melihat, membolak-balik buku dan kadang-kadang membawa buku yang disukai. Sikap orang tua atau guru hendaknya dapat memberi dan menunjukkan contoh perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, dan membicarakan isi buku.
pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku, mulai berpikir bahwa buku itu penting. melihat, membolak-balik buku dan kadang-kadang membawa buku yang disukai. Sikap orang tua atau guru hendaknya dapat memberi dan menunjukkan contoh perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, dan membicarakan isi buku.
Kedua, tahap pembentukan
konsep diri (self concep stage) Anak memandang dirinya sebagai pembaca dan
mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi
makna pada gambar atau buku meskipun tidak cocok dengan tulisannya. Sikap orang
tua atau guru memberikan rangsangan dengaan jalan membacakan sesuatu pada anak,
memberi akses pada buku-buku yang diketahui anak dan senantiasa melibatkan anak
dalam membacakan berbagai buku.
Ketiga, tahap membaca
gambar (bridging reading stage) tahap dimana anak menjadi sadar bahwa pada apa
yang dilihat tampak serta dapat
menemukan kata yang sudah dikenal, dapat mengungkapkan kata-kata yang memiliki
makna dengan dirinya, dapat mengulang kembali cerita yang tertulis dan anak
sudah mengenal abjad. Sikap orang tua/guru membacakan sesuatu pada anak, menghadirkan
beberapa kosa kata pada lagu dan puisi serta memberikan kesempatan menulis
sesering mungkin.
Keempat, tahap pengenalan
bacaan (take of reader stage) anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat
(graphonic, semantic dan syntactic ) secara bersama-sama. Anak mulai tertarik
pada bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pada konteksnya, berusaha mengenal
tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai tanda seperti kotak susu,
pasta gigi. Sikap orang tua/guru masih harus membacakan sesuatu pada anak
sehingga dapat mendorong untuk membaca sesuatu pada berbagai situasi. (orang
tua/ guru jangan memaksa anak membaca huruf secara sempurna).
Kelima, tahap membaca
lancar (independen reader stage)
pada tahap ini anak membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas. menyusun pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan bacaan. Pada tahap ini sikap orang tua/ guru masih tetap membacakan berbagai jenis buku pada anak. hal ini akan mendorong anak untuk memperbaiki bacaannya, membantu menyeleksi bahan-bahan bacaan yang sesuai serta mengajarkan cerita yang berstruktur.
pada tahap ini anak membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas. menyusun pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan bacaan. Pada tahap ini sikap orang tua/ guru masih tetap membacakan berbagai jenis buku pada anak. hal ini akan mendorong anak untuk memperbaiki bacaannya, membantu menyeleksi bahan-bahan bacaan yang sesuai serta mengajarkan cerita yang berstruktur.
Pada era globalisasi
seperti sekarang ini telah terjadi kemajuan yang sangat pesat pada bidang
teknologi informasi. Kemajuan itu menuntut dukungan budaya baca tulis, yaitu
perwujudan perilaku yang mencakup kemampuan, kebiasaan, kegemaran, dan
kebutuhan baca tulis. Anak sangat perlu dikenalkan literasi sedini mungkin,
berawal dari kebiasaan orang sekitar terutama ayah dan ibunya akan sangat membantu
anak dalam hal literasinya.
PENUTUP
Literasi merupakan salah satu keterampilan keaksaraan
(baca tulis) yang dapat menggunakan fasilitas scaffolding dalam
penggunaan rancangan bahan pendidikan. Pada
era globalisasi seperti sekarang ini telah terjadi kemajuan yang sangat pesat
pada bidang teknologi informasi. Kemajuan itu menuntut dukungan budaya baca
tulis, yaitu perwujudan perilaku yang mencakup kemampuan, kebiasaan, kegemaran,
dan kebutuhan baca tulis. Anak sangat perlu dikenalkan literasi sedini mungkin,
berawal dari kebiasaan orang sekitar terutama ayah dan ibunya akan sangat membantu
anak dalam hal literasinya.
DAFTAR RUJUKAN
Christianti,
Martha. (2013) Membaca dan Menulis Permulaan Untuk Anak Usia Dini. Jurnal
Pendidikan Anak. 2(2). Retrieved from
https://journal.
uny.ac.id/ index.php/jpa /Article/View/3042
Fatoni,
Faqih. (2012). Perkembangan Membaca untuk Anak. Retrieved from http://faqihfatony.blogspot.com/2012/12/makalah-perkembangan-membaca-untuk-anak.html.
Diakses tanggal 2 Desember 2018
Pancaningrum,
Novita. Pengenalan Baca Tulis Bagi Anak Usia Dini. Jurnal STAIN kudus. Retrieved from file:///D:/A%20KULIAH/SEMESTER%203/Perkembangan%20Bahasa %20AUD/Artikel%20membaca%20dan%20menulis%20UAS/jurnal%20uin%20bantenn.html
Ruhaena, Lisnawati. (2015). Model
Multisensori: Solusi Stimulasi Literasi Anak
Prasekolah. Jurnal Psikologi. Volume 42 No 1. Retrieved from https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/6942
Siwi, C. Paramitha. (2017). Proses Stimulasi
Literasi Anak Prasekolah Oleh Guru. Universitas Muhammdiyah Surakarta. Retrieved from http://eprints.ums.ac.id/ 52646/11/FIX%20BANGET%20NASPUB.pdf
0 comments:
Post a Comment