Sunday, December 2, 2018

ARTIKEL PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI


Menstimulasi Keterampilan Membaca dan Menulis Permulaan pada Anak usia 5 – 6 tahun
Nur Lailiya
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Abstrak: Membaca dan menulis merupakan suatu cara untuk mendapatkan pengetahuan yang baru ataupun menyebarkan pengetahuan. Kemampuan membaca dan menulis tidak dapat dipisahkan karena kemampuan ini akan berjalan beriringan. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui tahapan perkembangan kemampuan membaca dan menulis permulaan pada anak usia dini serta mengetahui bagaimana menstimulasi kemampuan membaca dan menulis permulaan pada anak usia 5 – 6 tahun. Salah satu caranya adalah dengan media yang bernamakan Say it Make it Write it (SMW). Seperti namanya pertama anak akan menyebutkan nama hewan yang ada pada gambar, kemudian anak akan menyusun huruf yang sudah diacak, dan yang ketiga anak anak menuliskan huruf tersebut. Media ini cocok untuk diterapkan kepada anak usia 5 – 6 tahun dalam menstimulasi kemampuan membaca dan menulis permulaan pada anak.
Kata kunci: membaca dan menulis permulaan, anak, media SMW

PENDAHULUAN
Pendidikan anak usia dini merupakan suatu pembinaan terhadap anak sejak lahir sampai dengan enam tahun agar anak dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Pembinaan yang dilakukan adalah dengan pemberian stimulus atau rangsangan sesuai dengan tahapan usia anak. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 juga menyebutkan “Pendidikan anak Usia Dini, yang selanjutnya disingkat PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Pendidikan ini ditujukan agar anak siap untuk memasuki jenjang pendidikan berikutnya. Keberhasilan pada masa usia dini akan mempengaruhi keberhasilan pada pendidikan berikutnya.
Masa usia dini sering kali disebut sebagai masa peka atau golden age. Masa peka merupakan masa dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Pada masa ini anak akan mudah menerima stimulus atau rangsangan yang diberikan oleh orang dewasa. Kemunculan masa peka ini tidak dapat diketahui kapan tepatnya, namun masa ini terjadi pada kisaran anak usia nol hingga enam tahun. Menurut Montessori masa peka ditandai dengan anak menjadi sangat tertarik pada suatu objek tetentu dan mengabaikan objek yang lain serta anak akan memiliki kebutuhan dalam jiwanya yang secara spontan menuntut kepuasan sehingga anak akan lebih banyak bertanya dan kritis saat memperoleh informasi yang baru (Suyadi dan Maulidya, 2013). Didalam masa peka inilah saat yang paling tepat untuk peletakkan dasar pertama dan utama dalam kehidupan anak, selain itu keberhasilan perkembangan dimasa ini akan mempengaruhi perkembangan dimasa selanjutnya.
Bahasa merupakan salah satu dari keenam aspek perkembangan yang harus dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini. Menurut Santrock dalam Anita (2015) bahasa (language) adalah suatu bentuk komunikasi baik lisan, tertulis, maupun isyarat yang didasarkan pada sebuah sistem simbol. Bahasa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain karena melalui bahasa anak dapat mengungkapkan ide, pendapat, keinginan ataupun perasaannya kepada orang lain. Selain itu, dengan memahami bahasa anak dapat mengerti apa yang dimaksudkan atau disampaikan orang lain kepada dirinya.
Bahasa memiliki peran yang penting bagi kehidupan. Perkembangan bahasa pada anak akan mempengaruhi perkembangan-perkembangan yang lainnya. Contohnya perkembangan sosial emosional, anak yang memiliki perkembangan bahasa yang baik akan memudahkan anak tersebut untuk berinteraksi dengan orang lain serta mengekspresikan apa yang ia rasakan. Selain itu, perkembangan bahasa anak juga akan berpengaruh terhadap perkembangan berpikir anak karena antara perkembangan bahasa dan juga kognitif akan berjalan beriringan sesuai dengan tahapan usianya. Menurut Suhartono dalam Anita (2015) menyatakan bahwa peranan bahasa bagi anak usia dini diantaranya sebagai sarana untuk berpikir, sarana untuk berbicara, dan sarana agar anak mampu untuk membaca dan juga menulis.
Menurut Bromley dalam Dhieni dan Lara Fridani (2014) berpendapat bahwa terdapat empat aspek bahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Bahasa dibagi menjadi dua yaitu bahasa yang bersifat reseptif dan juga bahasa yang bersifat ekspresif. Keterampilan menyimak dan membaca adalah keterampilan bahasa reseptif karena dalam keterampilan ini makna bahasa diperoleh dan diproses melalui simbol visual dan verbal. Selain itu, anak akan mengalami proses pemahaman dengan cara anak akan memahami bahasa berdasarkan konsep pengetahuan dan pengalaman mereka. Sedangkan untuk keterampilan berbicara dan menulis adalah keterampilan bahasa ekspresif yang melibatkan pemindahan arti melalui simbol visual dan verbal yang diproses dan diekspresikan anak. Didalam berbicara dan menulis anak mengalami proses penyusunan, dimana anak akan menyusun bahasa dan mengkonsep arti (Dhieni dan Lara Fridani, 2014).
Menurut Thaiss dalam Bromley (dalam Dhieni dan Lara Fridani, 2014) berpendapat bahwa anak dapat memahami dan mengingat suatu informasi jika mereka mendapat kesempatan untuk membicarakannya, menuliskannya, menggambarkannya dan memanipulasinya. Anak akan mudah mengingat suatu informasi yang sudah didapatkan dari menyimak dan membaca yaitu dengan menulisnya ataupun membicarakannya. Disinilah peranan keterampilan bahasa dapat mempengaruhi bagaimana anak tersebut berpikir.
Membaca dan menulis merupakan salah satu dari keterampilan bahasa. Membaca dan menulis tidak dapat dipisahkan dalam pengajarannya, karena kemampuan ini akan berjalan secara beriringan. Dalam pembelajarannya, kemampuan ini akan diajarkan secara bersama-sama. Membaca dan menulis sebenarnya tidak boleh diajarkan untuk anak usia dini, namun karena permintaan dari masyarakat yang mengharuskan anaknya ketika lulus TK bisa untuk membaca dan menulis, maka guru TK mau tidak mau harus mengajarkan membaca dan menulis permulaan kepada anak. Membaca dan menulis permulaan ini biasanya diajarkan di kelompok B, yaitu rentang usia 5 – 6 tahun. Namun untuk pengenalan huruf kepada anak dilakukan saat anak menduduki kelompok A. Dalam pengajaran membaca dan menulis permulaan guru memberikan stimulus melalui kegiatan bermain atau melalui kegiatan-kegiatan lainnya yang menyenangkan untuk mengenalkan kepada anak tentang huruf dan tulisan.
PEMBAHASAN
Menurut Oxford Learners Pocket Dictionary (dalam Christianti, 2013) membaca adalah bentuk aktivitas melihat dan memahami tulisan atau cetakan. Sejalan dengan pendapat Ruddell dalam Morrow dalam (Aulina, 2012) yang mendefinisikan membaca sebagai salah satu dari penggunaan berbahasa untuk menguraikan tulisan atau simbol dan memahaminya. Menurut Abdurrahman dalam Dewi (2015) menyebutkan membaca merupakan kemampuan yang harus dimiliki semua siswa karena melalui membaca siswa dapat belajar banyak tentang berbagai bidang studi. Jadi dapat disimpulkan bahwa membaca adalah kemampuan untuk memahami tulisan atau simbol yang tertulis untuk mendapatkan suatu informasi atau pengetahuan.
Menulis menurut Oxford Learners Pocket Dictionary (dalam Christianti, 2013) adalah mark letters or numbers on a surface with a pen or pencil, atau memproduksi sesuatu dalam bentuk tulisan sehingga orang dapat membaca, atau put information greetings, etc in a letter and then send it to somebody. Sedangkan menurut Lado dalam Tarigan dalam Prastiwi, dkk (2013) menulis adalah melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan menggoreskan tanda atau simbol dalam bentuk bahasa tulisan sehingga orang lain dapat membaca serta mendapatkan suatu informasi.
Membaca dan menulis permulaan diajarkan kepada anak dengan tujuan untuk mengenalkan huruf atau lambang kepada anak. Dalam pengajarannya dilakukan dengan pemberian stimulus yang sesuai dengan tahapan perkembangan dan kesiapan belajar membaca dan menulis permulaan anak. Stimulus yang diberikan harus menyenangkan bagi anak. Selain itu guru dapat mencontohkan perilaku senang membaca dan juga menulis kepada anak, agar anak dapat termotivasi untuk terus belajar. Guru dapat membacakan cerita-cerita untuk anak menggunakan buku cerita, dan kegiatan-kegiatan tentang membaca dan menulis yang bersifat menyenangkan bagi anak lainya.
Menurut Aulina (2012) membaca permulaan sudah dapat diberikan kepada anak usia taman kanak-kanak, tergantung pada kesiapan membaca seseorang. Mary Mayesky dalam Cristianti (2013) menyebutkan ada enam faktor kesiapan anak dalam membaca, yaitu (1) kesiapan fisik yang sehat, (2) kesiapan perseptual, (3) kesiapan kognitif, (4) kesiapan linguistik, (5) kesiapan afektif dan (6) kesiapan lingkungan/eksperiental. Anak dikatakan memiliki kesiapan untuk membaca jika secara fisik anak tidak mengalami masalah, kemudian anak memiliki presepsi hal yang sama dengan apa yang didengarnya, petunjuk jelas sesuai usia anak atau kematangan sesuai dengan usianya, memiliki kesempatan yang cukup banyak untuk mendengarkan dan berbicara, dan secara mental memiliki kepercayaan diri yang baik serta memiliki pengalaman yang bersentuhan langsung dengan lingkungan. Selain itu Jamaris (dalam Aulina, 2012) juga berpendapat bahwa anak usia taman kanak-kanak telah memiliki dasar kemampuan untuk belajar membaca dan menulis. Hal tersebut dapat dilihat dari: (1) kemampuan anak dalam melakukan koordinasi gerakan visual, (2) kemampuan anak dalam melakukan diskriminasi secara visual, (3) kemampuan kosakata, (4) kemampuan diskriminasi auditori atau kemampuan membedakan suara yang didengar.
Lesley Mandel Morrow (dalam Cristianti, 2013) menjabarkan tiga tahapan membaca. Tahap pertama, yaitu anak menyadari fungsi dari tulisan. Anak akan belajar dari sesuatu yang dekat dengannya, anak menyadari kata pertama yang bermakna dan dekat dengan kehidupannya. Contohnya nama keluarganya, kemudian label makanan yang sering dikonsumsi, dan yang lainnya. Tahap kedua, yaitu anak menyadari bentuk-bentuk dari tulisan yang dikenalnya tersebut. Anak mengetahui detail namanya, bunyinya, dan kaitan antara huruf dengan kata. Tahap ketiga, yaitu tahap mengidentifikasi dan menggunakan tata bahasa tulisan. Pada tahap ini, anak memahami bahwa tulisan dibaca dari kiri ke kanan dan anak memahami bahwa ada jarak antara huruf dan juga kata. Sedangkan Jamaris (dalam Aulina, 2012) membagi tahapan membaca pada anak menjadi empat tahapan. (1) Tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisam, (2) Tahap membaca gambar, (3) Tahap mengenal bacaan, (4) Tahap membaca lancar.
Tahapan menulis dibagi menjadi empat tahap oleh Temple et.al, Clay, Ferreiro dan Teberosky dalam Jo Ann Brewer dalam Cristianti (2013). Tahap pertama, scribbling stage yaitu tahap menulis anak dengan ciri mulai mencoret, coretan memberi tanda acak dikertas. Anak mulai membentuk beberapa garis (tanda keatas kebawah) seperti menulis dan berisi bagian utama coretan didalam kotak. Coretan ini mengindentifikasi kemampuan anak dalam mengontrol alat tulis dan peningkatan pengetahuannya terhadap kertas. Tahap kedua, linear repetitive stage yaitu tahapan anak mulai menulis dalam bentuk garis horizontal dan huruf yang terpisah dalam garis buku, anak dapat melihat hubungan konkret antara kata dan bentuknya. Orang dewasa dapat memberikan contoh menulis pada anak, mengapresiasi coretan anak, dan mulai menunjukkan bentuk permulaan huruf pada anak. Tahap ketiga, random-later stage yaitu anak belajar bahwa bentuk atau simbol-simbol dapat dikatakan sebagai huruf, anak akan membuat huruf yang dikenalnya secara acak untuk menyampaikan maksudnya kepada orang lain. Karena ingatan pada bentuk huruf masih terbatas, kadang anak membuat garis huruf tidak sesuai dengan bunyi dari kata yang ditulisnya. Pada tahap ini, anak membutuhkan orang dewasa disekitarnya untuk merespon secara intensif atau mengapresiasi tulisannya bukan mengoreksi bentuk dan menyalahkannya. Tahap keempat, latter-name or phonetic writing yaitu anak mulai membuat hubungan antara huruf dan bunyi, ditahap ini anak biasanya menulis huruf yang memiliki nama dan bunyi yang sama. Anak mencoba untuk menampilkan kata dengan bentuk huruf yang tepat sesuai dengan apa yang didengarnya.  Diakhir tahap ini anak akan lebih ahli menulis dengan berbagai bentuk seperti memberi jarak dalam kata, namun ejaan yang ditulis masih sama seperti apa yang didengarnya, misalnya ember ditulis “mbr”. Maka dari itu anak harus terus berlatih untuk menulis dan juga membaca kembali tulisannya. Itulah sebabnya kemampuan membaca dan menulis akan berjalan beriringan.
Sebelum anak diajarkan untuk menulis, hendaknya anak dikenalkan terlebih dulu tentang bagaimana cara posisi atau sikap duduk yang benar, cara memegang pensil dan crayon yang benar, cara untuk menggunakan kertas dengan benar, serta bagaimana cara menulis. Hal-hal diatas sudah bisa diajarkan sejak anak berusia 3 tahun. Sehingga ketika anak mulai memasuki sekolah Taman Kanak-Kanak mereka sudah memiliki bekal dasar dalam hal kemampuan menulis maupun menggambar.
Cara untuk menstimulasi atau mengajarkan membaca dan menulis permulaan pada anak taman kanak-kanak dapat dilakukan dengan cara bermain secara kreatif, bermain puzzle huruf, menulis diatas pasir ataupun menggunakan finger painting, bermain kartu huruf, dan masih banyak lagi. Dalam memberikan pembelajaran mengenai membaca dan menulis pada anak harus dengan sesuatu yang menyenangkan bagi anak, supaya anak mau untuk belajar. Untuk mengenalkan kepada anak bagaimana membaca dan menulis lebih baik gunakan gambar untuk mengenalkan tulisan. Dimana dibawah gambar harus disesuaikan dengan apa yang ada diseitar anak (benda yang dekat dengan anak). Selain itu gambar juga harus disertai dengan tulisan dari nama gambar tersebut, agar anak mengenal huruf-huruf yang membentuk kata dari gambar tersebut. Penggunaan huruf untuk anak Taman Kanak-Kanak hedaknya menggunakan huruf kecil saja (bukan huruf kapital), selain itu guru juga perlu mengajarkan bagaimana cara menulis huruf dengan benar.
Media Say it Make it Write it (SMW)
Say it Make it Write it adalah media pembelajaran yang dapat digunakan untuk menstimulasi kemampuan membaca dan menulis permulaan anak. Seperti namanya yang pertama anak akan menyebutkan nama hewan yang ada pada gambar, kemudian anak akan menyusun huruf yang sudah diacak, dan yang ketiga anak anak menuliskan huruf tersebut. Sasaran dari media ini adalah anak Taman Kanak-Kanak kelompok B, yaitu usia 5 – 6 tahun. Alat dan bahan yang digunakan untuk media ini adalah kertas lembar kerja, potongan-potongan huruf dibuat secara warna-warni, dan juga pensil.
Media ini berupa lembar kerja siswa yang mana terbagi menjadi tiga kotak. Pertama kotak berisikan gambar binatang (atau yang lainnya) beserta nama dari binatang tersebut. Kemudian kotak kedua adalah kotak kosong yang disiapkan untuk anak menyusun huruf sesuai dengan tulisan nama binatang diatasnya. Dan untuk kotak yang ketiga adalah kotak kosong untuk anak menuliskan secara mandiri menggunakan pensil tulisan nama binatang sesuai dengan apa yang disusunnya diatasnya.
Langkah-langkah penerapan media ini adalah sebagai berikut. Pertama, guru mendemonstrasikan media SMW ini kepada anak. Demonstrasi berisikan tentang apa saja binatang-binatang yang ada didalam gambar, lalu apa saja huruf yang menyusun nama dari binatang tersebut (disebutkan dan dibaca bersama-sama). Kemudian guru mencontohkan bagaimana cara mengerjakan kotak yang kedua yaitu menyusun huruf dengan potongan huruf yang sudah disediakan sesuai dengan nama binatang diatas, dan kemudian guru  memberikan contoh cara menulis tulisan nama binatang yang ada diatasnya. Kedua, guru membagikan lembar kerja tersebut kepada anak-anak, kemudian anak-anak mengerjakan apa yang diinstruksikan oleh guru. Ketiga, ketika selesai anak-anak memberikan hasil kerjanya kepada guru dan yang terakhir guru memberikan penguatan dan apresiasi tentang apa yang sudah dikerjakan oleh anak.
Media SMW ini tidak hanya mengenalkan atau mengajarkan bagaiman membaca dan menulis kepada anak, tetapi media ini juga mengenalkan warna kepada anak melalui potongan-potongan huruf yang berwarna-warni. Selain itu, media ini juga dilengkapi dengan gambar yang memudahkan anak untuk mengenali tulisan yang ada dibawah gambar serta tulisan apa saja yang membentuk nama gambar tersebut. Media ini dapat menstimulasi keterampilan membaca dan menulis permulaan pada anak usia 5 – 6 tahun atau kelompok B. Karena diusia ini anak sudah memiliki pebendaharaan kosakata yang cukup banyak serta dirasa lebih memiliki kesiapan untuk membaca dan menulis daripada anak usia 4 – 5 tahun atau kelompok A. Saat dikelompok A, anak masih diajarkan dasar-dasar untuk membaca maupun menulis seperti pengenalan huruf, cara memegang pensil/crayon yang benar, cara duduk yang benar, dan yang lainnya.
PENUTUP
Membaca dan menulis adalah dua kemampuan yang berjalan secara beriringan dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Anak dikatakan memiliki kesiapan untuk membaca jika secara fisik anak tidak mengalami masalah, kemudian anak memiliki presepsi hal yang sama dengan apa yang didengarnya, petunjuk jelas sesuai usia anak atau kematangan sesuai dengan usianya, memiliki kesempatan yang cukup banyak untuk mendengarkan dan berbicara, dan secara mental memiliki kepercayaan diri yang baik serta memiliki pengalaman yang bersentuhan langsung dengan lingkungan. Sebelum anak diajarkan untuk menulis, hendaknya anak dikenalkan terlebih dulu tentang bagaimana cara posisi atau sikap duduk yang benar, cara memegang pensil dan crayon yang benar, cara untuk menggunakan kertas dengan benar, serta bagaimana cara menulis.
Say it Make it Write it (SMW) adalah salah satu media yang menstimulasi anak agar dapat membaca dan mengenali huruf yang ada didalam gambar. Seperti namanya pertama anak akan menyebutkan nama hewan yang ada pada gambar, kemudian anak akan menyusun huruf yang sudah diacak, dan yang ketiga anak anak menuliskan huruf tersebut. Media ini cocok untuk diterapkan kepada anak usia 5 – 6 tahun dalam menstimulasi kemampuan membaca dan menulis anak.

DAFTAR RUJUKAN
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini. 2015. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Suyadi, dan Maulidya Ulfah. 2013. Konsep Dasar PAUD. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Prastiwi, Widi, dkk. 2013. Penerapan Metode Struktur Analitik Sintetik (SAS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Membaca dan Menulis Permulaan Untuk Anak Usia Dini di TK N Pembina Cawas Kelompok B Tahun Pelajaran 2011/2012. , 1 (1). pp 1-6. ISSN 2338-008X. Dari: https://eprints.uns.ac.id/5448/
Aulina, Choirun Nisak. 2012. Pengaruh Permainan dan Penguasaan Kosakata Terhadap Kemampuan Membaca  Permulaan Anak Usia 5-6 Tahun. Pedagogia, 1 (2), 131–143. Dari: http://ojs.umsida.ac.id/index.php/pedagogia/article/view/36/42
Dewi, Sri Utami Soraya. 2015. Pengaruh Metode Multisensori dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Kelas Awal Sekolah Dasar. MODELING: Jurnal Program Studi PGMI, 3(1), 1–13. Dari: http://jurnal.stitnualhikmah.ac.id/index.php/modeling/article/view/43
Dhieni, Nurbiana dan Lara Fridani. 2013. Modul 1 Hakikat Perkembangan Bahasa Anak. (online), (http://repository.ut.ac.id/4695/1/PAUD4106-M1.pdf)
Anita. 2015. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini. Jurnal al-Shifa, 6(2), 161–180. Dari: http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/alshifa/article/download/982/802/
Christianti, Marta. 2013. Membaca dan Menulis Permulaan Untuk Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, 2(2), 312–317. Dari: https://journal.uny.ac.id/index.php/jpa/article/view/3042

0 comments:

Post a Comment

 

Pendidikan Anak Usia Dini Template by Ipietoon Cute Blog Design