Menstimulasi Keterampilan
Membaca dan Menulis Permulaan pada Anak usia 5 – 6 tahun
Nur Lailiya
Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Malang
Abstrak:
Membaca dan menulis merupakan suatu cara untuk mendapatkan pengetahuan yang
baru ataupun menyebarkan pengetahuan. Kemampuan membaca dan menulis tidak dapat
dipisahkan karena kemampuan ini akan berjalan beriringan. Tujuan penulisan ini
adalah untuk mengetahui tahapan perkembangan kemampuan membaca dan menulis
permulaan pada anak usia dini serta mengetahui bagaimana menstimulasi kemampuan
membaca dan menulis permulaan pada anak usia 5 – 6 tahun. Salah satu caranya
adalah dengan media yang bernamakan Say it Make it Write it (SMW). Seperti
namanya pertama anak akan menyebutkan nama hewan yang ada pada gambar, kemudian
anak akan menyusun huruf yang sudah diacak, dan yang ketiga anak anak
menuliskan huruf tersebut. Media ini cocok untuk diterapkan kepada anak usia 5
– 6 tahun dalam menstimulasi kemampuan membaca dan menulis permulaan pada anak.
Kata
kunci: membaca dan menulis permulaan, anak,
media SMW
PENDAHULUAN
Pendidikan anak usia dini merupakan suatu pembinaan
terhadap anak sejak lahir sampai dengan enam tahun agar anak dapat mencapai
tugas-tugas perkembangannya. Pembinaan yang dilakukan adalah dengan pemberian
stimulus atau rangsangan sesuai dengan tahapan usia anak. Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 juga menyebutkan
“Pendidikan anak Usia Dini, yang selanjutnya disingkat PAUD merupakan suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6
(enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Pendidikan ini ditujukan agar
anak siap untuk memasuki jenjang pendidikan berikutnya. Keberhasilan pada masa
usia dini akan mempengaruhi keberhasilan pada pendidikan berikutnya.
Masa
usia dini sering kali disebut sebagai masa peka atau golden age. Masa peka
merupakan masa dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat. Pada masa ini anak akan mudah menerima stimulus atau rangsangan yang
diberikan oleh orang dewasa. Kemunculan masa peka ini tidak dapat diketahui
kapan tepatnya, namun masa ini terjadi pada kisaran anak usia nol hingga enam
tahun. Menurut Montessori masa peka ditandai dengan anak menjadi sangat
tertarik pada suatu objek tetentu dan mengabaikan objek yang lain serta anak
akan memiliki kebutuhan dalam jiwanya yang secara spontan menuntut kepuasan
sehingga anak akan lebih banyak bertanya dan kritis saat memperoleh informasi
yang baru (Suyadi dan Maulidya, 2013). Didalam masa peka inilah saat yang
paling tepat untuk peletakkan dasar pertama dan utama dalam kehidupan anak, selain
itu keberhasilan perkembangan dimasa ini akan mempengaruhi perkembangan dimasa
selanjutnya.
Bahasa merupakan salah satu dari keenam aspek
perkembangan yang harus dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini. Menurut
Santrock dalam Anita (2015) bahasa (language)
adalah suatu bentuk komunikasi baik lisan, tertulis, maupun isyarat yang
didasarkan pada sebuah sistem simbol. Bahasa digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain karena melalui bahasa anak
dapat mengungkapkan ide, pendapat, keinginan ataupun perasaannya kepada orang
lain. Selain itu, dengan memahami bahasa anak dapat mengerti apa yang
dimaksudkan atau disampaikan orang lain kepada dirinya.
Bahasa memiliki peran yang penting bagi kehidupan.
Perkembangan bahasa pada anak akan mempengaruhi perkembangan-perkembangan yang
lainnya. Contohnya perkembangan sosial emosional, anak yang memiliki
perkembangan bahasa yang baik akan memudahkan anak tersebut untuk berinteraksi
dengan orang lain serta mengekspresikan apa yang ia rasakan. Selain itu,
perkembangan bahasa anak juga akan berpengaruh terhadap perkembangan berpikir
anak karena antara perkembangan bahasa dan juga kognitif akan berjalan
beriringan sesuai dengan tahapan usianya. Menurut Suhartono dalam Anita (2015)
menyatakan bahwa peranan bahasa bagi anak usia dini diantaranya sebagai sarana
untuk berpikir, sarana untuk berbicara, dan sarana agar anak mampu untuk
membaca dan juga menulis.
Menurut Bromley dalam Dhieni dan Lara Fridani (2014)
berpendapat bahwa terdapat empat aspek bahasa yaitu menyimak, berbicara,
membaca dan menulis. Bahasa dibagi menjadi dua yaitu bahasa yang bersifat
reseptif dan juga bahasa yang bersifat ekspresif. Keterampilan menyimak dan
membaca adalah keterampilan bahasa reseptif karena dalam keterampilan ini makna
bahasa diperoleh dan diproses melalui simbol visual dan verbal. Selain itu,
anak akan mengalami proses pemahaman dengan cara anak akan memahami bahasa
berdasarkan konsep pengetahuan dan pengalaman mereka. Sedangkan untuk
keterampilan berbicara dan menulis adalah keterampilan bahasa ekspresif yang
melibatkan pemindahan arti melalui simbol visual dan verbal yang diproses dan
diekspresikan anak. Didalam berbicara dan menulis anak mengalami proses
penyusunan, dimana anak akan menyusun bahasa dan mengkonsep arti (Dhieni dan
Lara Fridani, 2014).
Menurut Thaiss dalam Bromley (dalam Dhieni dan Lara
Fridani, 2014) berpendapat bahwa anak dapat memahami dan mengingat suatu
informasi jika mereka mendapat kesempatan untuk membicarakannya, menuliskannya,
menggambarkannya dan memanipulasinya. Anak akan mudah mengingat suatu informasi
yang sudah didapatkan dari menyimak dan membaca yaitu dengan menulisnya ataupun
membicarakannya. Disinilah peranan keterampilan bahasa dapat mempengaruhi
bagaimana anak tersebut berpikir.
Membaca dan menulis merupakan salah satu dari keterampilan
bahasa. Membaca dan menulis tidak dapat dipisahkan dalam pengajarannya, karena
kemampuan ini akan berjalan secara beriringan. Dalam pembelajarannya, kemampuan
ini akan diajarkan secara bersama-sama. Membaca dan menulis sebenarnya tidak
boleh diajarkan untuk anak usia dini, namun karena permintaan dari masyarakat
yang mengharuskan anaknya ketika lulus TK bisa untuk membaca dan menulis, maka
guru TK mau tidak mau harus mengajarkan membaca dan menulis permulaan kepada
anak. Membaca dan menulis permulaan ini biasanya diajarkan di kelompok B, yaitu
rentang usia 5 – 6 tahun. Namun untuk pengenalan huruf kepada anak dilakukan
saat anak menduduki kelompok A. Dalam pengajaran membaca dan menulis permulaan
guru memberikan stimulus melalui kegiatan bermain atau melalui
kegiatan-kegiatan lainnya yang menyenangkan untuk mengenalkan kepada anak
tentang huruf dan tulisan.
PEMBAHASAN
Menurut
Oxford Learners Pocket Dictionary (dalam Christianti, 2013) membaca adalah
bentuk aktivitas melihat dan memahami tulisan atau cetakan. Sejalan dengan
pendapat Ruddell dalam Morrow dalam (Aulina, 2012)
yang mendefinisikan membaca sebagai salah satu dari penggunaan berbahasa untuk
menguraikan tulisan atau simbol dan memahaminya. Menurut Abdurrahman dalam Dewi
(2015) menyebutkan membaca merupakan kemampuan yang harus dimiliki semua siswa
karena melalui membaca siswa dapat belajar banyak tentang berbagai bidang
studi. Jadi dapat disimpulkan bahwa membaca adalah kemampuan untuk memahami
tulisan atau simbol yang tertulis untuk mendapatkan suatu informasi atau
pengetahuan.
Menulis menurut Oxford Learners Pocket Dictionary
(dalam Christianti, 2013) adalah mark
letters or numbers on a surface with a pen or pencil, atau memproduksi
sesuatu dalam bentuk tulisan sehingga orang dapat membaca, atau put information greetings, etc in a letter
and then send it to somebody. Sedangkan menurut Lado dalam Tarigan dalam
Prastiwi, dkk (2013) menulis adalah melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh
seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa menulis
adalah suatu kegiatan menggoreskan tanda atau simbol dalam bentuk bahasa tulisan
sehingga orang lain dapat membaca serta mendapatkan suatu informasi.
Membaca
dan menulis permulaan diajarkan kepada anak dengan tujuan untuk mengenalkan
huruf atau lambang kepada anak. Dalam pengajarannya dilakukan dengan pemberian
stimulus yang sesuai dengan tahapan perkembangan dan kesiapan belajar membaca
dan menulis permulaan anak. Stimulus yang diberikan harus menyenangkan bagi
anak. Selain itu guru dapat mencontohkan perilaku senang membaca dan juga
menulis kepada anak, agar anak dapat termotivasi untuk terus belajar. Guru
dapat membacakan cerita-cerita untuk anak menggunakan buku cerita, dan
kegiatan-kegiatan tentang membaca dan menulis yang bersifat menyenangkan bagi
anak lainya.
Menurut
Aulina (2012) membaca permulaan sudah dapat diberikan kepada anak usia taman
kanak-kanak, tergantung pada kesiapan membaca seseorang. Mary Mayesky dalam
Cristianti (2013) menyebutkan ada enam faktor kesiapan anak dalam membaca,
yaitu (1) kesiapan fisik yang sehat, (2) kesiapan perseptual, (3) kesiapan
kognitif, (4) kesiapan linguistik, (5) kesiapan afektif dan (6) kesiapan
lingkungan/eksperiental. Anak dikatakan memiliki kesiapan untuk membaca jika secara
fisik anak tidak mengalami masalah, kemudian anak memiliki presepsi hal yang
sama dengan apa yang didengarnya, petunjuk jelas sesuai usia anak atau
kematangan sesuai dengan usianya, memiliki kesempatan yang cukup banyak untuk
mendengarkan dan berbicara, dan secara mental memiliki kepercayaan diri yang
baik serta memiliki pengalaman yang bersentuhan langsung dengan lingkungan.
Selain itu Jamaris (dalam Aulina, 2012) juga berpendapat
bahwa anak usia taman kanak-kanak telah memiliki dasar kemampuan untuk belajar
membaca dan menulis. Hal tersebut dapat dilihat dari: (1) kemampuan anak dalam
melakukan koordinasi gerakan visual, (2) kemampuan anak dalam melakukan
diskriminasi secara visual, (3) kemampuan kosakata, (4) kemampuan diskriminasi
auditori atau kemampuan membedakan suara yang didengar.
Lesley
Mandel Morrow (dalam Cristianti, 2013) menjabarkan tiga tahapan membaca. Tahap
pertama, yaitu anak menyadari fungsi dari tulisan. Anak akan belajar dari
sesuatu yang dekat dengannya, anak menyadari kata pertama yang bermakna dan
dekat dengan kehidupannya. Contohnya nama keluarganya, kemudian label makanan
yang sering dikonsumsi, dan yang lainnya. Tahap kedua, yaitu anak menyadari
bentuk-bentuk dari tulisan yang dikenalnya tersebut. Anak mengetahui detail
namanya, bunyinya, dan kaitan antara huruf dengan kata. Tahap ketiga, yaitu
tahap mengidentifikasi dan menggunakan tata bahasa tulisan. Pada tahap ini,
anak memahami bahwa tulisan dibaca dari kiri ke kanan dan anak memahami bahwa
ada jarak antara huruf dan juga kata. Sedangkan Jamaris (dalam Aulina, 2012)
membagi tahapan membaca pada anak menjadi empat tahapan. (1) Tahap timbulnya
kesadaran terhadap tulisam, (2) Tahap membaca gambar, (3) Tahap mengenal
bacaan, (4) Tahap membaca lancar.
Tahapan
menulis dibagi menjadi empat tahap oleh Temple et.al, Clay, Ferreiro dan
Teberosky dalam Jo Ann Brewer dalam Cristianti (2013). Tahap pertama, scribbling stage yaitu tahap menulis
anak dengan ciri mulai mencoret, coretan memberi tanda acak dikertas. Anak
mulai membentuk beberapa garis (tanda keatas kebawah) seperti menulis dan
berisi bagian utama coretan didalam kotak. Coretan ini mengindentifikasi
kemampuan anak dalam mengontrol alat tulis dan peningkatan pengetahuannya
terhadap kertas. Tahap kedua, linear
repetitive stage yaitu tahapan anak mulai menulis dalam bentuk garis
horizontal dan huruf yang terpisah dalam garis buku, anak dapat melihat
hubungan konkret antara kata dan bentuknya. Orang dewasa dapat memberikan
contoh menulis pada anak, mengapresiasi coretan anak, dan mulai menunjukkan
bentuk permulaan huruf pada anak. Tahap ketiga, random-later stage yaitu anak belajar bahwa bentuk atau
simbol-simbol dapat dikatakan sebagai huruf, anak akan membuat huruf yang
dikenalnya secara acak untuk menyampaikan maksudnya kepada orang lain. Karena
ingatan pada bentuk huruf masih terbatas, kadang anak membuat garis huruf tidak
sesuai dengan bunyi dari kata yang ditulisnya. Pada tahap ini, anak membutuhkan
orang dewasa disekitarnya untuk merespon secara intensif atau mengapresiasi
tulisannya bukan mengoreksi bentuk dan menyalahkannya. Tahap keempat, latter-name or phonetic writing yaitu
anak mulai membuat hubungan antara huruf dan bunyi, ditahap ini anak biasanya
menulis huruf yang memiliki nama dan bunyi yang sama. Anak mencoba untuk
menampilkan kata dengan bentuk huruf yang tepat sesuai dengan apa yang
didengarnya. Diakhir tahap ini anak akan
lebih ahli menulis dengan berbagai bentuk seperti memberi jarak dalam kata,
namun ejaan yang ditulis masih sama seperti apa yang didengarnya, misalnya ember
ditulis “mbr”. Maka dari itu anak harus terus berlatih untuk menulis dan juga
membaca kembali tulisannya. Itulah sebabnya kemampuan membaca dan menulis akan
berjalan beriringan.
Sebelum
anak diajarkan untuk menulis, hendaknya anak dikenalkan terlebih dulu tentang
bagaimana cara posisi atau sikap duduk yang benar, cara memegang pensil dan
crayon yang benar, cara untuk menggunakan kertas dengan benar, serta bagaimana
cara menulis. Hal-hal diatas sudah bisa diajarkan sejak anak berusia 3 tahun.
Sehingga ketika anak mulai memasuki sekolah Taman Kanak-Kanak mereka sudah
memiliki bekal dasar dalam hal kemampuan menulis maupun menggambar.
Cara
untuk menstimulasi atau mengajarkan membaca dan menulis permulaan pada anak taman
kanak-kanak dapat dilakukan dengan cara bermain secara kreatif, bermain puzzle
huruf, menulis diatas pasir ataupun menggunakan finger painting, bermain kartu
huruf, dan masih banyak lagi. Dalam memberikan pembelajaran mengenai membaca
dan menulis pada anak harus dengan sesuatu yang menyenangkan bagi anak, supaya
anak mau untuk belajar. Untuk mengenalkan kepada anak bagaimana membaca dan
menulis lebih baik gunakan gambar untuk mengenalkan tulisan. Dimana dibawah
gambar harus disesuaikan dengan apa yang ada diseitar anak (benda yang dekat
dengan anak). Selain itu gambar juga harus disertai dengan tulisan dari nama
gambar tersebut, agar anak mengenal huruf-huruf yang membentuk kata dari gambar
tersebut. Penggunaan huruf untuk anak Taman Kanak-Kanak hedaknya menggunakan
huruf kecil saja (bukan huruf kapital), selain itu guru juga perlu mengajarkan
bagaimana cara menulis huruf dengan benar.
Media Say it Make it Write it (SMW)
Say
it Make it Write it adalah media pembelajaran yang dapat digunakan untuk
menstimulasi kemampuan membaca dan menulis permulaan anak. Seperti namanya yang pertama anak akan menyebutkan
nama hewan yang ada pada gambar, kemudian anak akan menyusun huruf yang sudah
diacak, dan yang ketiga anak anak menuliskan huruf tersebut.
Sasaran dari media ini adalah anak Taman Kanak-Kanak kelompok B, yaitu usia 5 –
6 tahun. Alat dan bahan yang digunakan untuk media ini adalah kertas lembar
kerja, potongan-potongan huruf dibuat secara warna-warni, dan juga pensil.
Media
ini berupa lembar kerja siswa yang mana terbagi menjadi tiga kotak. Pertama
kotak berisikan gambar binatang (atau yang lainnya) beserta nama dari binatang
tersebut. Kemudian kotak kedua adalah kotak kosong yang disiapkan untuk anak
menyusun huruf sesuai dengan tulisan nama binatang diatasnya. Dan untuk kotak
yang ketiga adalah kotak kosong untuk anak menuliskan secara mandiri
menggunakan pensil tulisan nama binatang sesuai dengan apa yang disusunnya
diatasnya.
Langkah-langkah
penerapan media ini adalah sebagai berikut. Pertama, guru mendemonstrasikan
media SMW ini kepada anak. Demonstrasi berisikan tentang apa saja
binatang-binatang yang ada didalam gambar, lalu apa saja huruf yang menyusun
nama dari binatang tersebut (disebutkan dan dibaca bersama-sama). Kemudian guru
mencontohkan bagaimana cara mengerjakan kotak yang kedua yaitu menyusun huruf
dengan potongan huruf yang sudah disediakan sesuai dengan nama binatang diatas,
dan kemudian guru memberikan contoh cara
menulis tulisan nama binatang yang ada diatasnya. Kedua, guru membagikan lembar
kerja tersebut kepada anak-anak, kemudian anak-anak mengerjakan apa yang
diinstruksikan oleh guru. Ketiga, ketika selesai anak-anak memberikan hasil
kerjanya kepada guru dan yang terakhir guru memberikan penguatan dan apresiasi
tentang apa yang sudah dikerjakan oleh anak.
Media
SMW ini tidak hanya mengenalkan atau mengajarkan bagaiman membaca dan menulis
kepada anak, tetapi media ini juga mengenalkan warna kepada anak melalui
potongan-potongan huruf yang berwarna-warni. Selain itu, media ini juga
dilengkapi dengan gambar yang memudahkan anak untuk mengenali tulisan yang ada
dibawah gambar serta tulisan apa saja yang membentuk nama gambar tersebut.
Media ini dapat menstimulasi keterampilan membaca dan menulis permulaan pada
anak usia 5 – 6 tahun atau kelompok B. Karena diusia ini anak sudah memiliki
pebendaharaan kosakata yang cukup banyak serta dirasa lebih memiliki kesiapan
untuk membaca dan menulis daripada anak usia 4 – 5 tahun atau kelompok A. Saat
dikelompok A, anak masih diajarkan dasar-dasar untuk membaca maupun menulis
seperti pengenalan huruf, cara memegang pensil/crayon yang benar, cara duduk
yang benar, dan yang lainnya.
PENUTUP
Membaca
dan menulis adalah dua kemampuan yang berjalan secara beriringan dan tidak
dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Anak dikatakan memiliki
kesiapan untuk membaca jika secara fisik anak tidak mengalami masalah, kemudian
anak memiliki presepsi hal yang sama dengan apa yang didengarnya, petunjuk
jelas sesuai usia anak atau kematangan sesuai dengan usianya, memiliki kesempatan
yang cukup banyak untuk mendengarkan dan berbicara, dan secara mental memiliki
kepercayaan diri yang baik serta memiliki pengalaman yang bersentuhan langsung
dengan lingkungan. Sebelum anak diajarkan untuk menulis, hendaknya anak
dikenalkan terlebih dulu tentang bagaimana cara posisi atau sikap duduk yang
benar, cara memegang pensil dan crayon yang benar, cara untuk menggunakan
kertas dengan benar, serta bagaimana cara menulis.
Say
it Make it Write it (SMW) adalah
salah satu media yang menstimulasi anak agar dapat membaca dan mengenali huruf
yang ada didalam gambar. Seperti namanya pertama anak akan menyebutkan nama
hewan yang ada pada gambar, kemudian anak akan menyusun huruf yang sudah
diacak, dan yang ketiga anak anak menuliskan huruf tersebut. Media ini cocok
untuk diterapkan kepada anak usia 5 – 6 tahun dalam menstimulasi kemampuan
membaca dan menulis anak.
DAFTAR RUJUKAN
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak
Usia Dini. 2015.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Suyadi,
dan Maulidya Ulfah. 2013. Konsep Dasar
PAUD. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Prastiwi, Widi, dkk. 2013. Penerapan Metode Struktur Analitik Sintetik (SAS) Untuk Meningkatkan
Kemampuan Mengenal Membaca dan Menulis Permulaan Untuk Anak Usia Dini di TK N
Pembina Cawas Kelompok B Tahun Pelajaran 2011/2012. , 1 (1). pp 1-6. ISSN
2338-008X. Dari: https://eprints.uns.ac.id/5448/
Aulina, Choirun Nisak. 2012. Pengaruh Permainan dan
Penguasaan Kosakata Terhadap Kemampuan Membaca
Permulaan Anak Usia 5-6 Tahun. Pedagogia,
1 (2), 131–143. Dari: http://ojs.umsida.ac.id/index.php/pedagogia/article/view/36/42
Dewi, Sri Utami Soraya. 2015. Pengaruh Metode
Multisensori dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Kelas
Awal Sekolah Dasar. MODELING: Jurnal
Program Studi PGMI, 3(1), 1–13. Dari: http://jurnal.stitnualhikmah.ac.id/index.php/modeling/article/view/43
Dhieni, Nurbiana dan Lara Fridani. 2013. Modul 1 Hakikat Perkembangan Bahasa Anak.
(online), (http://repository.ut.ac.id/4695/1/PAUD4106-M1.pdf)
Anita. 2015. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini. Jurnal al-Shifa, 6(2), 161–180. Dari: http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/alshifa/article/download/982/802/
Christianti, Marta. 2013. Membaca dan Menulis Permulaan
Untuk Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan
Anak, 2(2), 312–317. Dari:
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpa/article/view/3042
Zubaidah, Enny. ____. Draft
Buku Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini.(online), (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/dr-enny-zubaidah-mpd/Produk%20Bahan%20Ajar_Pengembangan%20Bahasa%20Anak%20Usia%20Dini.pdf)
0 comments:
Post a Comment